Goodbye Japan



                Pukul 5.30, saya terbangun dari tidur lelap. Kala itu, matahari sudah memancarkan cahayanya. Jam 5.30 sudah seperti pukul 7 pagi di Indonesia. Sebelum saya bangun, mama saya sudah terlebih dahulu bangun tidur dan mandi serta bebenah barang bawaan. Saya segera mandi kemudian disusul aa. Kami sebetulnya sudah kesiangan, oleh karena itu, kami segera bergegas bebenah diri dan barang bawaan. Pukul 05.55, tante Ayi dan Rakha datang menjemput kami di kamar. Kami pun segera keluar kamar menuju lobby hotel. Di lobby hotel, mama saya dan tante Ayi akan mengurus check-out hotel.

               Tampak di depan hotel ada sebuah bus yang akan mengantar kami menuju Bandara Internasional Kansai. Hotel Best Western Kansai memang menyediakan fasilitas bus gratis menuju Bandara Internasional Kansai. Suatu kemudahan bagi kami karena JR Pass kami sudah tidak berlaku sejak hari ini, hari ke-8 kami berada di Jepang karena JR Pass kami hanya berlaku untuk 7 hari saja. Selagi mama dan tante Ayi mengurusi masalah check-out, koper-koper kami ditaruh di depan bus untuk dimasukkan ke dalam bus oleh sang sopir bus. Usai mengurusi masalah check-out, kami memasuki bus dan sang sopir yang sudah tua menenteng koper-koper kami dan penumpang lainnya seorang diri. Usai mengangkut koper, ia memberikan penghormatan dengan menunduk. Santun memang.

                  Tepat pukul 06.30, bus mulai keluar dari hotel Best Western Kansai menuju Bandara Internasional Kansai. Untuk menuju Bandara Internasional Kansai, bus menggunakan jalur tol layang yang berada dekat dari hotel. Bandara Internasional Kansai berada di tengah laut, sehingga bus harus melewati jembatan penghubung daratan dengan pulau buatan bandara. Lantai atas jembatan digunakan oleh mobil dan bus, sedangkan lantai bawah jembatan digunakan untuk jalur kereta api. Pemandangan dari jembatan memang menakjubkan. Hamparan laut nan luas dan terminal bandara yang dipenuhi beragam pesawat. 3 menit melewati jembatan, kami tiba di pulau buatan Bandara Internasional Kansai.

                Pukul 07.00, 30 menit setelah kami berangkat dari hotel, kami tiba di terminal keberangkatan Bandara Internasional Kansai. Untuk terminal keberangkatan berada di lantai atas bandara. Saya mengambil trolley yang ada di dekat pintu keberangkatan dan menaruh beberapa barang bawaan di trolley. Kami pun masuk ruang check-in counter dan baggage claim. Kami menuju baggage claim AirAsiaX yang berada paling pojok kiri terminal keberangkatan. Herannya, kok yang melayani konter baggage claim AirAsiaX malah pegawai maskapai All Nippon Airways? Kami tidak melihat pegawai AirAsiaX sekalipun. Koper yang akan kami taruh bagasi diberikan semacam segel yaitu tag. Rupanya, saya baru tahu pegawai ANA itu melayani baggage claim AirAsiaX karena ANA dan AirAsiaX bekerja sama melayani penanganan bagasi dan penerbangan.

                        Masalah bagasi beres, kami pun menuju boarding room yang berada di lantai bawah terminal keberangkatan. Sebelum turun, kami diharuskan melalui pemeriksaan detector logam dan barang-barang yang akan dibawa ke kabin pesawat dicek menggunakan mesin X-Ray. Pemeriksaan memang cukup ketat untuk mencegah masuknya alat-alat berbahaya ke ruang boarding bandara. Usai diperiksa, kami turun menuju ruang imigrasi terlebih dahulu. Imigrasi selesai, barulah kami memasuki deretan toko duty free Kansai Airport sebelum menuju boarding room. Di area duty free, mama dan tante Ayi sempat melihat kosmetik dan parfum dan membeli 10 pak KitKat Green Tea yang katanya merupakan oleh-oleh khas Jepang dan KitKat Green Tea ini hanya dijual di Jepang dengan harga ¥1.500 untuk 10 pak. Kemudian, mama saya membeli dorayaki yang dijual di sebuah toko.

                      Sambil menunggu mama dan tante Ayi melihat-lihat barang, saya, aa, Adit, dan Rakha duduk dan tidur-tiduran di tempat duduk nan empuk yang berada di depan toko duty free. Setelah mama dan tante Ayi berbelanja di duty free, saya dan Rakha sempat menuju free internet sekedar membuka facebook dan membaca beberapa artikel. Hanya 15 menit berada di free internet, saya merasa bosan karena internetnya lemot. Saya balik lagi ke depan toko duty di mana semuanya ngumpul. Rakha pun juga bosan berada di free internet. Tepat saja saya dan Rakha kembali, kami akan menuju boarding room. Sebelumnya, kami menuju sebuah toko dulu sambil melihat-lihat barang yang dijual di sana. Tiba-tiba, segerombolan orang menggunakan seragam hitam dan kuning yang ternyata adalah awak kabin maskapai Lufthansa melewati kami. Saya sempat memotretnya. Mereka menarik koper masing-masing menuju pesawat mereka.

                      Kini tiba saatnya kami memasuki boarding room. Kami menuju stasiun Skytrain yang akan mengantarkan kami menuju boarding room AirAsiaX mengingat boarding room Bandara Kansai cukup jauh dari duty free tempat kami berbelanja. Kalau ditotal, panjang terminal Bandara Internasional Kansai sekitar 1,4 kilometer dari ujung ke ujung. Trolley kami harus ditinggal karena trolley tidak bisa dibawa menuju boarding room. Sungguh repotnya.. kami pun memasuki skytrain bersama penumpang lainnya. Kebanyakan dari mereka juga akan menaiki AirAsiaX sehingga juga terdapat beberapa orang berbicara menggunakan bahasa Melayu yang ternyata orang Malaysia. Juga ada beberapa orang Jepang yang akan terbang menggunakan AirAsiaX bersama kami. Sekitar 1 menit menaiki skytrain, kami tiba di sebuah halte yang dekat dengan pesawat AirAsiaX.

                     Kami bergegas menuju ruang boarding AirAsiaX. Lagi-lagi, petugas boarding yang melayani kami adalah petugas maskapai All Nippon Airways. Kami pun menuju kursi dan duduk-duduk sambil menunggu waktu memasuki pesawat. Sambil menunggu, saya sempat memotret pesawat A330-300 AirAsiaX yang akan mengantar kami menuju Kuala Lumpur. Pesawat ini sedang diisi bahan bakar dan katering pesawat sedang dimasukkan ke dalam pesawat. Pukul 09.00, kami diminta memasuki pesawat bersama penumpang lainnya. Ketika sedang mengantre, ada keluarga bule yang sedang menyerahkan paspor mereka untuk dicek oleh petugas. Herannya, kok paspor mereka paspor Malaysia? Barangkali mereka berpindah kewarganegaraan.

P1030994.JPGP1040003.JPG
P1040012.JPGP1040027.JPG

Suasana check-in di terminal keberangkatan Bandara Internasional Kansai. Para petugas yang melayani check-in pesawat merupakan petugas maskapai All Nippon Airways yang telah bekerja sama dengan AirAsia Group. Ruang check-in penumpang dengan atap lebar dan desain yang futuristik dengan ratusan check-in counter. Narsis dong di depan Duty Free Shop Kansai Airport yang menjual kosmetik Jepang ( Shisedo ) sampai menjual KitKat Green Tea. Pesawat Airbus A330-300 AirAsia X yang sedang dirawat oleh ‘’Baby Sitter’’ nya. Ia terparkir dengan gagahnya di apron Bandara Internasional Kansai.

                          Setelah paspor dan tiket kami diperiksa, kami diperbolehkan memasuki pesawat. Di sebelah kiri pesawat terdapat sebuah pesawat B747-400 milik Cathay Pacific dan di samping B747-400 itu ada 2 pesawat B777-300 Cathay Pacific. Rute Hongkong-Osaka sepertinya merupakan rute gemuk bagi maskapai Cathay Pacific karena pesawat yang menuju Osaka sampai ada 3 pesawat. Total ada 3 pesawat Cathay Pacific di sebelah kiri AirAsiaX. Di sebelah kanan AirAsiaX terdapat pesawat B737-700 milik All Nippon Airways. Pesawat All Nippon Airways dan Japan Airlines memang mendominasi pesawat yang parkir di apron bandara pagi hari. Selain itu, juga ada Lufthansa, Thai Airways, maskapai kargo FedEx, dan beragam maskapai lainnya. 

                       Kami pun mulai menempati kursi yang telah ditentukan. Kursi kami berada di belakang premium business class yang dipisahkan oleh sekat dan gorden yang akan ditutup ketika pesawat berada di udara. Di depan kami, ada keluarga Jepang yang membawa anak-anak mereka yang masih balita. Sepertinya, perjalanan kami kali ini juga akan diramaikan oleh tangisan balita-balita itu. Tak beda jauh memang dari perjalanan berangkat yang juga menyajikan balita rewel walaupun berada agak jauh dari kursi kami ketika berangkat ke Osaka. Tapi, suaranya saja bisa membuat kami sulit tidur. Aa, mama, dan saya duduk di kursi sebelah kiri. Tante Ayi, Adit, dan Rakha di tengah pesawat, dan om Ridho bersama penumpang lainnya di sebelah kanan pesawat. Konfigurasi pesawat A330-300 AirAsiaX ini 3-3-3. Kapasitasnya sengaja dipadatkan mengingat konfigurasi normal A330-300 adalah 2-4-2.

                   Pukul 09.25, pesawat ditarik mundur dari apron. Ketika pesawat akan taxi menuju runway KIX, mesin mulai dinyalakan. Raungan starter mesin pesawat amat terasa. Kemudian, pesawat bergerak menuju runway. Setelah menunggu giliran, akhirnya pesawat kami mulai memasuki runway dan mengambil ancang-ancang take off. Benar saja, tak lama, mesin Rolls Royce Trent 700 A330-300 AirAsiaX meraung dan pesawat mulai mendorong ke depan dengan kencang. Tepat pukul 09.30, pesawat mulai take off dan meninggalkan landas pacu Bandara Internasional Kansai. Pesawat pun siap melakukan penerbangan dari Bandara Internasional Osaka Kansai menuju Bandara Internasional Kuala Lumpur selama 6 jam. Goodbye Japan….

                Ketika lampu sabuk pengaman dimatikan, para pramugari mulai menjajakan makanan dan minuman menggunakan gerobak menyusuri lorong demi lorong. Tentu saja kami tidak membeli makanan dan minuman karena kan sedang berpuasa. Yang ada selama penerbangan menuju Kuala Lumpur, kami hanya bisa ngiler melihat penumpang lain menyantap makanan dengan nikmat. Jangan salah, makanan pesawat AirAsia tuh enak-enak lho. Tiba-tiba, Rakha yang merasa terus menerus dijahili kakaknya meminta agar ia duduk di sebelah Aa. Yang ada, saya menempati kursi yang diduduki Rakha sebelumnya dan berada di samping tante Ayi. Daripada bengong ngeliatin orang makan, kan pamali lagi puasa, mending tidur. Kemiringan kursi AirAsiaX ini cukup memadai. Tapi, pakaian saya yang salah. Saya malah mengenakan celana pendek dan baju lengan pendek. Mana udaranya dingin lagi. Akhirnya, tante Ayi memberikan saya selimut tipis namun cukup untuk menghangatkan tubuh. Saya pun terlelap….

                   Saya tertidur di pesawat selama 1 jam. Kami terbang pada siang hari yang harusnya kami tidak tidur. Karena AirAsiaX merupakan maskapai Low Cost Carrier, maka tidak ada hiburan personal television sama sekali, yang ada hanyalah majalah yang isinya berbagai destinasi wisata yang diterbangi AirAsia dan barang dagangan di pesawat AirAsia. Karena tidak ada hiburan, saya pun memutuskan tidur aja lagi. Saya pun tidur lagi selama 1 jam. Lagi enak-enaknya tidur, eh anak kecil di depan mama saya nangis. Maklumlah, kan mereka masih balita. Wong saya masih kecil nangisnya lebih kejer dari mereka. Yang ada saya dan tante Ayi terbangun. Tante Ayi sempat berbicara kepada saya ‘’Pad, tu anak nangisnye berisik banget. Kalo jadi anak gue, gue sumpel kali mulutnye’’ heheh, nggak mungkin sesadis itulah tan kenyataannya. Belum puas curhat sama saya, tante Ayi menatap mata sang balita itu dengan aksen seperti orang marah.

                   Karena penumpang balita di depan kami terus menerus menangis, saya tidak bisa tidur dan menghabiskan sisa 3 jam penerbangan ( wets, 1 jam pertama itu ngeliat-liat pemandangan awan ) dengan mata merem melek. Adit yang sudah puas tidur pun memainkan PSP yang ia bawa dan mendengarkan musik dari BB yang sinyalnya sudah dimatikan. Tiba-tiba, pesawat mengalami turbulensi ( guncangan ) di sekitar wilayah Hong Kong. Kemungkinan karena pesawat kami sedang melintasi awan badai topan Vicente yang sedang melanda Hongkong. Pilot mengumumkan pesawat sedang melewati cuaca buruk. Saya segera mengencangkan sabuk pengaman untuk mencegah kejadian yang tak diinginkan.

                   Sekitar 30 menit mengalami turbulensi, akhirnya pesawat kami keluar dari awan badai topan. Lampu sabuk pengaman pun mulai dimatikan. Pramugari kembali menjajakan makanan dan minuman karena kemungkinan penumpang ingin membeli makanan dan minuman lagi. Saat pramugari sedang menjajakan makanan, semua jendela penumpang tertutup sehingga kabin pesawat serasa gelap. Kali ini, tidak banyak penumpang yang membeli makanan dan minuman yang dijajakan. Kala itu, Rakha mulai terbangun dan ingin pindah lagi di sebelah tante Ayi. Saya pun kembali ke tempat duduk di samping mama dan aa. Saya duduk di dekat jendela menggantikan Rakha.

                  Saat saya pindah ke dekat jendela, saya membuka jendela dan mulai memotet winglet pesawat beserta mesin dan tak ketinggalan awan yang bertebaran di sekitar pesawat kami. Ketika saya arahkan pandangan mata ke bawah, terlihat laut berwarna biru dengan beberapa kapal yang berlayar di lautan tersebut. Kira-kira, Kami sedang berada di Laut China Selatan yang sedang dipersengketakan dekat Filipina. Saya sempat berfoto narsis dengan mama dan mama berfoto ria dengan aa ketika pramugari sedang menjajakan dagangan kosmetik yang dijual di pesawat. AirAsia ini sudah seperti pasar berjalan dengan berbagai barang bermutu yang mereka jajakan.

P1040046.JPGP1040050.JPG
p1040051.JPGp1040058.JPG
Para penumpang yang ternyata mama saya, aa, dan Rakha sedang tertidur pulas dalam penerbangan 6 jam Osaka Kansai-Kuala Lumpur. Narsis lagii di kursi pesawat. Lumayan untuk kenang-kenangan. Sayap pesawat dengan mesin yang nangkring diliputi langit biru di ketinggian kurang lebih 40.000 kaki. Beberapa penumpang berjalan di lorong pesawat untuk melihat-lihat cenderamata dan kosmetik yang dijajakan oleh pramugari. Konfigurasi A330-300 AirAsiaX dipadatkan yaitu 3-3-3.

                Sekitar pukul 2 siang waktu Kuala Lumpur, pilot mulai menurunkan ketinggian dan perlahan-lahan, tampak perbukitan hijau diselingi hamparan tanah merah kecokelatan. Itulah tambang timah, andalan perekonomian Negeri Jiran. Ketika pesawat semakin turun melakukan approach di Bandara Internasional Kuala Lumpur, mulai terlihat beberapa komplek perumahan yang tertata rapi dan perkebunan kelapa sawit yang juga menjadi tulang punggung perekonomian Malaysia. Akhirnya, pesawat mendarat di Bandara Internasional Kuala Lumpur pukul 14.30 KL time ( UTC+8 ) dengan cukup mulus. Tiba-tiba, pesawat melakukan pengereman mendadak sehingga saya sempat terdorong ke depan. Untunglah saya menggunakan sabuk pengaman. Kalau tidak? Yang ada memar-memar….

                  5 menit setelah pesawat Airbus A330-300 AirAsiaX Osaka-Kuala Lumpur melakukan touchdown, pesawat tiba di apron LCC Terminal Lapangan Terbang Antarbangsa Kuala Lumpur = Bahasa Melayu. Tidak tersedia garbarata / airbridge di LCC Terminal sehingga setelah berdesak-desakkan mengambil barang di overhead bin, kami harus turun dari pesawat menggunakan tangga dan kenyataan lain yang harus kami terima adalah panasnya udara Kuala Lumpur, sekitar 32 derajat Celsius. Apalagi tidak ada pepohonan di apron bandara, ya iyalah. Kami pun harus berjalan menuju terminal bandara dari tempat parkir pesawat yang kira-kira jaraknya 100m. setelah masuk terminal, hawanya sugerr.

                Berdasarkan pengalaman kami transit di Kuala Lumpur ketika akan menuju Jepang, kami tidak naik eskalator menuju ruang imigrasi melainkan langsung belok kiri menuju Fly-Thru AirAsia. Di ruang Fly-Thru AirAsia, mama saya dan tante Ayi mengurus check-in penerbangan menuju Jakarta untuk memperoleh boarding pass. Saya sempat berceloteh ‘’heheh, kan udah di Malaysia, jadi bisa ngomong 100% bahasa Indonesia dong.’’ Sang petugas check-in hanya tersenyum dan sedikit cengengesan. Memang benar karena ketika mama saya dan tante Ayi mengurus masalah check-in, mereka menggunakan bahasa Indonesia. Check in sudah, kami menuju pemeriksaan detector logam dan barang overhead bin diperiksa menggunakan X-Ray.

                      Kami pun menuju ruang keberangkatan LCC Terminal KLIA. Di sana terdapat berbagai toko duty free yang menjual beragam kosmetik, obat, barang-barang cenderamata,ingga makanan dan minuman. Karena penduduk Malaysia sebagian besar sedang berpuasa, maka kios-kios makanan dan minuman tampak lengang. Udara di dalam terminal tentunya berbeda kontras dengan udara di tempat parkir pesawat. Saya pun meminjam sweater mama saya karena saya kedinginan. Kemudian, tante Ayi mengajak saya dan Rakha ke musholla untuk melaksanakan ibadah shalat Zhuhur+Ashar. Tante Ayi memang rajin mengajak kami melaksanakan Shalat. Mama saya pun mengambilkan sarung dan sajadah praktis yang ada di tas koper yang dibawa ke ruang tunggu.

                  Kami menuju mushalla yang terletak di sebelah toko cenderamata. Kami masuk ke salah satu mushalla dan menunggu tante Ayi yang sedang pergi ke toilet dulu. Ketika Rakha hendak mengambil wudhu, ia terpeleset dan meringis kesakitan. Saya yang baru melepas sepatunya segera menolongnya. Celana Rakha basah karena lantai tempat wudhu mushalla itu licin dan terdapat genangan air. Saya pun membopongnya menuju mushalla untuk merebahkan diri. Tak lama, tante Ayi datang dan Rakha langsung diurus oleh tante Ayi. Saya segera mengambil air wudhu dan kembali ke ruang shalat. Tiba-tiba, ada seorang petugas bea cukai wanita berjilbab dengan aksen melayu memasuki mushalla. Dia menatap saya dan saya mulai ragu dengan mushalla ini karena sepertinya diperuntukkan untuk wanita. Tante Ayi meyakinkan saya untuk tetap shalat di mushalla ini. ‘’ Udah udah shalat aja di sini’’, kata tante Ayi.

                Saya shalat Zhuhur dan Ashar diqashar. Seusai shalat Ashar, saya berdoa memohon agar perjalanan menuju Jakarta dan kembali ke rumah. Kemudian saya merapikan alat shalat yang saya bawa dan mengenakan sepatu dan kembali ke tempat kami duduk semula di deretan duty free. Saya melihat ada WiFi Zone yang saya pikir bisa WiFi nya bisa saya gunakan untuk membuka dan menyalakan sinyal BlackBerry tanpa membayar biaya lebih karena berada di luar Indonesia. Saya meminta mama saya mengeluarkan BB saya di koper bagian luar. Saya pun mencoba menyalakan WiFi. Iseng coba-coba, ternyata bisa walaupun berkali-kali saya mencoba di tempat WiFi lainnya tidak bisa.

               Nama WiFi nya adalah WiFi@KLIA. Perlahan-lahan, BBM dan grup mulai ramai tangtingtungtengtong. Banyak yang menanya keberadaan saya, salah satunya adalah Nafi. Kemudian saya membuka grup Family keluarga besar bapak saya. Di sana, ua Diana mengirim kabar bahwa bapak Aa Gym meninggal. Saya hampir saja salah paham mengira Aa Gym yang meninggal. Saya pun bertanya kepada om Ridho yang saat itu juga sedang membuka internet di BBnya, entah itu menggunakan sinyal provider apa menggunakan sinyal WiFi. ‘’om lagi buka detik.com dari tadi nggak ada berita Aa Gym meninggal’’, kata om Ridho. ‘’Ayahnya Aa Gym kali yang meninggal.’’ Oalah. Kalau saya bilang, WiFi di LCCT KLIA sangat lemot, mungkin karena banyak penggunanya. Maklum saja para penumpang keberangkatan yang menggunakan WiFi sangat banyak.

                  Ternyata, penerbangan ke Jakarta direschedule hingga 3 jam lamanya setelah kami mendarat di Kuala Lumpur. Harusnya kami transit di KLIA hanya selama 1 jam saja. Saya pun puas-puasin main BB selagi ada WiFi di bandara. Pukul 4 sore, kami pindah tempat duduk di boarding room pintu keberangkatan Indonesia AirAsia Kuala Lumpur-Jakarta pukul 17.30 nanti. suasana terminal cukup ramai dengan dipenuhi banyak penumpang dengan berbagai destinasi. Ada yang destinasinya ke Surabaya, Jakarta, Denpasar, Bandung, Bangkok, dst. Kebanyakan dilayani oleh AirAsia Group. Ada salah satu destinasi yaitu Jakarta yang dilayani oleh Mandala Airlines yang berlogo Tiger Airways. Sejak Mandala memberhentikan penerbangannya pada Januari 2011 karena masalah utang piutang, Mandala diambil alih oleh maskapai Tiger Airways asal Singapura. Jadi logo Mandala sudah menyerupai Tiger.

                   Pukul 17.00, kami mulai berbaris di depan pintu keberangkatan untuk segera menuju pesawat. Setelah menyerahkan boarding pass dan paspor, kami mulai keluar dari terminal dan menuju pesawat. Bau bahan bakar Avtur pesawat amat menyengat karena kami juga menggunakan tangga menuju pesawat yang artinya kami jalan kaki di depan pesawat-pesawat yang sedang parkir. Tapi, khusus pesawat seukuran A320, ada ruang berjalan penumpang dari dan menuju pesawat yang ditutupi oleh dinding dan atap seng, namun tak ber-AC. Kami segera menuju pesawat Airbus A320 Indonesia AirAsia yang akan mengantar kami menuju Jakarta. Tiba di dalam pesawat, kami segera menempati kursi yang tertera di boarding pass.

                Pukul 17.25, pesawat ditarik mundur dari apron bandara dan melakukan taxi ( pesawat berjalan menuju runway ) bandara Kuala Lumpur. 5 menit lamanya melakukan taxi, pesawat kami tiba di dekat runway dan menunggu pesawat Garuda Indonesia dan Malaysia Airlines B737-800NG yang sedang mendapat giliran take off. Setelah 2 pesawat menggunakan runway, pesawat kami mulai memasuki runway dan mengambil ancang-ancang take off. Pukul 17.30, lampu kabin dimatikan dan 2 mesin yang nangkring di sayap pesawat mulai meraung mendorong pesawat kami dengan kencang. Getaran pesawat ketika take off dan landing sangat saya sukai karena seperti naik roller coaster di Osaka walaupun sebetulnya take off dan landing merupakan saat-saat kritis penerbangan. Akhirnya, moncong pesawat kami terangkat dan A320 Indonesia AirAsia mulai melakukan ekspedisi menuju Jakarta..

              Sekitar 15-20 menit setelah take off, saya melirik ke jendela pesawat dan melihat matahari Kuala Lumpur yang masih seterang pukul 16.45 di Jakarta. Tak lama, lampu sabuk pengaman dimatikan dan pramugari mulai menjajakan makanan dan minuman selama penerbangan. Kemudian, saya mulai bertanya kepada pramugari ‘’mbak, nanti diinformasikan nggak waktu berbuka puasanya?’’ ‘’Iya nanti pilot akan menginfokannya.’’ Yang ada selama perjalanan, saya melihat-lihat pemandangan matahari sunset dan membaca majalah yang ada di depan kursi kami. Selain itu, saya juga sempat tidur-tiduran. Kursi IAA ini cukup nyaman direbahkan ke belakang serta joknya terbuat dari kulit dan lebih lebar ketimbang jok A330-300 AirAsiaX.

Comments