Pukul 5.30, saya terbangun dari
tidur lelap. Kala itu, matahari sudah memancarkan cahayanya. Jam 5.30 sudah
seperti pukul 7 pagi di Indonesia. Sebelum saya bangun, mama saya sudah
terlebih dahulu bangun tidur dan mandi serta bebenah barang bawaan. Saya segera
mandi kemudian disusul aa. Kami sebetulnya sudah kesiangan, oleh karena itu,
kami segera bergegas bebenah diri dan barang bawaan. Pukul 05.55, tante Ayi dan
Rakha datang menjemput kami di kamar. Kami pun segera keluar kamar menuju lobby
hotel. Di lobby hotel, mama saya dan tante Ayi akan mengurus check-out hotel.
Tampak di depan hotel ada sebuah
bus yang akan mengantar kami menuju Bandara Internasional Kansai. Hotel Best
Western Kansai memang menyediakan fasilitas bus gratis menuju Bandara
Internasional Kansai. Suatu kemudahan bagi kami karena JR Pass kami sudah tidak
berlaku sejak hari ini, hari ke-8 kami berada di Jepang karena JR Pass kami
hanya berlaku untuk 7 hari saja. Selagi mama dan tante Ayi mengurusi masalah
check-out, koper-koper kami ditaruh di depan bus untuk dimasukkan ke dalam bus
oleh sang sopir bus. Usai mengurusi masalah check-out, kami memasuki bus dan
sang sopir yang sudah tua menenteng koper-koper kami dan penumpang lainnya
seorang diri. Usai mengangkut koper, ia memberikan penghormatan dengan
menunduk. Santun memang.
Tepat pukul 06.30, bus mulai
keluar dari hotel Best Western Kansai menuju Bandara Internasional Kansai.
Untuk menuju Bandara Internasional Kansai, bus menggunakan jalur tol layang
yang berada dekat dari hotel. Bandara Internasional Kansai berada di tengah
laut, sehingga bus harus melewati jembatan penghubung daratan dengan pulau
buatan bandara. Lantai atas jembatan digunakan oleh mobil dan bus, sedangkan
lantai bawah jembatan digunakan untuk jalur kereta api. Pemandangan dari
jembatan memang menakjubkan. Hamparan laut nan luas dan terminal bandara yang
dipenuhi beragam pesawat. 3 menit melewati jembatan, kami tiba di pulau buatan
Bandara Internasional Kansai.
Pukul 07.00, 30 menit setelah kami
berangkat dari hotel, kami tiba di terminal keberangkatan Bandara Internasional
Kansai. Untuk terminal keberangkatan berada di lantai atas bandara. Saya
mengambil trolley yang ada di dekat pintu keberangkatan dan menaruh beberapa
barang bawaan di trolley. Kami pun masuk ruang check-in counter dan baggage
claim. Kami menuju baggage claim AirAsiaX yang berada paling pojok kiri
terminal keberangkatan. Herannya, kok yang melayani konter baggage claim
AirAsiaX malah pegawai maskapai All Nippon Airways? Kami tidak melihat pegawai
AirAsiaX sekalipun. Koper yang akan kami taruh bagasi diberikan semacam segel
yaitu tag. Rupanya, saya baru tahu pegawai ANA itu melayani baggage claim
AirAsiaX karena ANA dan AirAsiaX bekerja sama melayani penanganan bagasi dan
penerbangan.
Masalah bagasi beres,
kami pun menuju boarding room yang berada di lantai bawah terminal
keberangkatan. Sebelum turun, kami diharuskan melalui pemeriksaan detector
logam dan barang-barang yang akan dibawa ke kabin pesawat dicek menggunakan
mesin X-Ray. Pemeriksaan memang cukup ketat untuk mencegah masuknya alat-alat
berbahaya ke ruang boarding bandara. Usai diperiksa, kami turun menuju ruang
imigrasi terlebih dahulu. Imigrasi selesai, barulah kami memasuki deretan toko
duty free Kansai Airport sebelum menuju boarding room. Di area duty free, mama
dan tante Ayi sempat melihat kosmetik dan parfum dan membeli 10 pak KitKat
Green Tea yang katanya merupakan oleh-oleh khas Jepang dan KitKat Green Tea ini
hanya dijual di Jepang dengan harga ¥1.500 untuk 10 pak. Kemudian, mama saya
membeli dorayaki yang dijual di sebuah toko.
Sambil menunggu mama dan tante
Ayi melihat-lihat barang, saya, aa, Adit, dan Rakha duduk dan tidur-tiduran di
tempat duduk nan empuk yang berada di depan toko duty free. Setelah mama dan
tante Ayi berbelanja di duty free, saya dan Rakha sempat menuju free internet
sekedar membuka facebook dan membaca beberapa artikel. Hanya 15 menit berada di
free internet, saya merasa bosan karena internetnya lemot. Saya balik lagi ke
depan toko duty di mana semuanya ngumpul. Rakha pun juga bosan berada di free
internet. Tepat saja saya dan Rakha kembali, kami akan menuju boarding room.
Sebelumnya, kami menuju sebuah toko dulu sambil melihat-lihat barang yang
dijual di sana. Tiba-tiba, segerombolan orang menggunakan seragam hitam dan
kuning yang ternyata adalah awak kabin maskapai Lufthansa melewati kami. Saya
sempat memotretnya. Mereka menarik koper masing-masing menuju pesawat mereka.
Kini tiba saatnya kami
memasuki boarding room. Kami menuju stasiun Skytrain yang akan mengantarkan
kami menuju boarding room AirAsiaX mengingat boarding room Bandara Kansai cukup
jauh dari duty free tempat kami berbelanja. Kalau ditotal, panjang terminal
Bandara Internasional Kansai sekitar 1,4 kilometer dari ujung ke ujung. Trolley
kami harus ditinggal karena trolley tidak bisa dibawa menuju boarding room.
Sungguh repotnya.. kami pun memasuki skytrain bersama penumpang lainnya.
Kebanyakan dari mereka juga akan menaiki AirAsiaX sehingga juga terdapat
beberapa orang berbicara menggunakan bahasa Melayu yang ternyata orang
Malaysia. Juga ada beberapa orang Jepang yang akan terbang menggunakan AirAsiaX
bersama kami. Sekitar 1 menit menaiki skytrain, kami tiba di sebuah halte yang
dekat dengan pesawat AirAsiaX.
Kami bergegas menuju ruang
boarding AirAsiaX. Lagi-lagi, petugas boarding yang melayani kami adalah
petugas maskapai All Nippon Airways. Kami pun menuju kursi dan duduk-duduk
sambil menunggu waktu memasuki pesawat. Sambil menunggu, saya sempat memotret
pesawat A330-300 AirAsiaX yang akan mengantar kami menuju Kuala Lumpur. Pesawat
ini sedang diisi bahan bakar dan katering pesawat sedang dimasukkan ke dalam
pesawat. Pukul 09.00, kami diminta memasuki pesawat bersama penumpang lainnya. Ketika
sedang mengantre, ada keluarga bule yang sedang menyerahkan paspor mereka untuk
dicek oleh petugas. Herannya, kok paspor mereka paspor Malaysia? Barangkali mereka
berpindah kewarganegaraan.
Suasana check-in di terminal keberangkatan Bandara Internasional
Kansai. Para petugas yang melayani check-in pesawat merupakan petugas maskapai
All Nippon Airways yang telah bekerja sama dengan AirAsia Group. Ruang check-in
penumpang dengan atap lebar dan desain yang futuristik dengan ratusan check-in
counter. Narsis dong di depan Duty Free Shop Kansai Airport yang menjual
kosmetik Jepang ( Shisedo ) sampai menjual KitKat Green Tea. Pesawat Airbus
A330-300 AirAsia X yang sedang dirawat oleh ‘’Baby Sitter’’ nya. Ia terparkir
dengan gagahnya di apron Bandara Internasional Kansai.
Setelah paspor dan
tiket kami diperiksa, kami diperbolehkan memasuki pesawat. Di sebelah kiri
pesawat terdapat sebuah pesawat B747-400 milik Cathay Pacific dan di samping
B747-400 itu ada 2 pesawat B777-300 Cathay Pacific. Rute Hongkong-Osaka
sepertinya merupakan rute gemuk bagi maskapai Cathay Pacific karena pesawat
yang menuju Osaka sampai ada 3 pesawat. Total ada 3 pesawat Cathay Pacific di
sebelah kiri AirAsiaX. Di sebelah kanan AirAsiaX terdapat pesawat B737-700
milik All Nippon Airways. Pesawat All Nippon Airways dan Japan Airlines memang
mendominasi pesawat yang parkir di apron bandara pagi hari. Selain itu, juga
ada Lufthansa, Thai Airways, maskapai kargo FedEx, dan beragam maskapai
lainnya.
Kami pun mulai menempati
kursi yang telah ditentukan. Kursi kami berada di belakang premium business
class yang dipisahkan oleh sekat dan gorden yang akan ditutup ketika pesawat
berada di udara. Di depan kami, ada keluarga Jepang yang membawa anak-anak
mereka yang masih balita. Sepertinya, perjalanan kami kali ini juga akan
diramaikan oleh tangisan balita-balita itu. Tak beda jauh memang dari perjalanan
berangkat yang juga menyajikan balita rewel walaupun berada agak jauh dari
kursi kami ketika berangkat ke Osaka. Tapi, suaranya saja bisa membuat kami
sulit tidur. Aa, mama, dan saya duduk di kursi sebelah kiri. Tante Ayi, Adit,
dan Rakha di tengah pesawat, dan om Ridho bersama penumpang lainnya di sebelah
kanan pesawat. Konfigurasi pesawat A330-300 AirAsiaX ini 3-3-3. Kapasitasnya
sengaja dipadatkan mengingat konfigurasi normal A330-300 adalah 2-4-2.
Pukul 09.25, pesawat ditarik
mundur dari apron. Ketika pesawat akan taxi menuju runway KIX, mesin mulai
dinyalakan. Raungan starter mesin pesawat amat terasa. Kemudian, pesawat
bergerak menuju runway. Setelah menunggu giliran, akhirnya pesawat kami mulai
memasuki runway dan mengambil ancang-ancang take off. Benar saja, tak lama,
mesin Rolls Royce Trent 700 A330-300 AirAsiaX meraung dan pesawat mulai
mendorong ke depan dengan kencang. Tepat pukul 09.30, pesawat mulai take off
dan meninggalkan landas pacu Bandara Internasional Kansai. Pesawat pun siap
melakukan penerbangan dari Bandara Internasional Osaka Kansai menuju Bandara
Internasional Kuala Lumpur selama 6 jam. Goodbye Japan….
Ketika lampu sabuk pengaman
dimatikan, para pramugari mulai menjajakan makanan dan minuman menggunakan
gerobak menyusuri lorong demi lorong. Tentu saja kami tidak membeli makanan dan
minuman karena kan sedang berpuasa. Yang ada selama penerbangan menuju Kuala
Lumpur, kami hanya bisa ngiler melihat penumpang lain menyantap makanan dengan
nikmat. Jangan salah, makanan pesawat AirAsia tuh enak-enak lho.
Tiba-tiba, Rakha yang merasa terus menerus dijahili kakaknya meminta agar ia
duduk di sebelah Aa. Yang ada, saya menempati kursi yang diduduki Rakha
sebelumnya dan berada di samping tante Ayi. Daripada bengong ngeliatin orang
makan, kan pamali lagi puasa, mending tidur. Kemiringan kursi AirAsiaX ini
cukup memadai. Tapi, pakaian saya yang salah. Saya malah mengenakan celana pendek
dan baju lengan pendek. Mana udaranya dingin lagi. Akhirnya, tante Ayi memberikan
saya selimut tipis namun cukup untuk menghangatkan tubuh. Saya pun terlelap….
Saya tertidur di pesawat
selama 1 jam. Kami terbang pada siang hari yang harusnya kami tidak tidur.
Karena AirAsiaX merupakan maskapai Low Cost Carrier, maka tidak ada hiburan
personal television sama sekali, yang ada hanyalah majalah yang isinya berbagai
destinasi wisata yang diterbangi AirAsia dan barang dagangan di pesawat
AirAsia. Karena tidak ada hiburan, saya pun memutuskan tidur aja lagi. Saya pun
tidur lagi selama 1 jam. Lagi enak-enaknya tidur, eh anak kecil di depan mama
saya nangis. Maklumlah, kan mereka masih balita. Wong saya masih kecil
nangisnya lebih kejer dari mereka. Yang ada saya dan tante Ayi terbangun. Tante
Ayi sempat berbicara kepada saya ‘’Pad, tu anak nangisnye berisik banget. Kalo
jadi anak gue, gue sumpel kali mulutnye’’ heheh, nggak mungkin sesadis itulah
tan kenyataannya. Belum puas curhat sama saya, tante Ayi menatap mata sang
balita itu dengan aksen seperti orang marah.
Karena penumpang balita di
depan kami terus menerus menangis, saya tidak bisa tidur dan menghabiskan sisa
3 jam penerbangan ( wets, 1 jam pertama itu ngeliat-liat pemandangan awan )
dengan mata merem melek. Adit yang sudah puas tidur pun memainkan PSP yang ia
bawa dan mendengarkan musik dari BB yang sinyalnya sudah dimatikan. Tiba-tiba,
pesawat mengalami turbulensi ( guncangan ) di sekitar wilayah Hong Kong.
Kemungkinan karena pesawat kami sedang melintasi awan badai topan Vicente yang
sedang melanda Hongkong. Pilot mengumumkan pesawat sedang melewati cuaca buruk.
Saya segera mengencangkan sabuk pengaman untuk mencegah kejadian yang tak
diinginkan.
Sekitar 30 menit mengalami
turbulensi, akhirnya pesawat kami keluar dari awan badai topan. Lampu sabuk
pengaman pun mulai dimatikan. Pramugari kembali menjajakan makanan dan minuman karena
kemungkinan penumpang ingin membeli makanan dan minuman lagi. Saat pramugari
sedang menjajakan makanan, semua jendela penumpang tertutup sehingga kabin
pesawat serasa gelap. Kali ini, tidak banyak penumpang yang membeli makanan dan
minuman yang dijajakan. Kala itu, Rakha mulai terbangun dan ingin pindah lagi
di sebelah tante Ayi. Saya pun kembali ke tempat duduk di samping mama dan aa.
Saya duduk di dekat jendela menggantikan Rakha.
Saat saya pindah ke dekat
jendela, saya membuka jendela dan mulai memotet winglet pesawat beserta mesin
dan tak ketinggalan awan yang bertebaran di sekitar pesawat kami. Ketika saya
arahkan pandangan mata ke bawah, terlihat laut berwarna biru dengan beberapa
kapal yang berlayar di lautan tersebut. Kira-kira, Kami sedang berada di Laut
China Selatan yang sedang dipersengketakan dekat Filipina. Saya sempat berfoto
narsis dengan mama dan mama berfoto ria dengan aa ketika pramugari sedang
menjajakan dagangan kosmetik yang dijual di pesawat. AirAsia ini sudah seperti
pasar berjalan dengan berbagai barang bermutu yang mereka jajakan.
Para penumpang yang ternyata mama saya, aa, dan Rakha sedang
tertidur pulas dalam penerbangan 6 jam Osaka Kansai-Kuala Lumpur. Narsis lagii
di kursi pesawat. Lumayan untuk kenang-kenangan. Sayap pesawat dengan mesin
yang nangkring diliputi langit biru di ketinggian kurang lebih 40.000 kaki. Beberapa
penumpang berjalan di lorong pesawat untuk melihat-lihat cenderamata dan
kosmetik yang dijajakan oleh pramugari. Konfigurasi A330-300 AirAsiaX
dipadatkan yaitu 3-3-3.
Sekitar pukul 2 siang waktu Kuala Lumpur,
pilot mulai menurunkan ketinggian dan perlahan-lahan, tampak perbukitan hijau
diselingi hamparan tanah merah kecokelatan. Itulah tambang timah, andalan
perekonomian Negeri Jiran. Ketika pesawat semakin turun melakukan approach di
Bandara Internasional Kuala Lumpur, mulai terlihat beberapa komplek perumahan
yang tertata rapi dan perkebunan kelapa sawit yang juga menjadi tulang punggung
perekonomian Malaysia. Akhirnya, pesawat mendarat di Bandara Internasional
Kuala Lumpur pukul 14.30 KL time ( UTC+8 ) dengan cukup mulus. Tiba-tiba,
pesawat melakukan pengereman mendadak sehingga saya sempat terdorong ke depan.
Untunglah saya menggunakan sabuk pengaman. Kalau tidak? Yang ada memar-memar….
5 menit setelah pesawat
Airbus A330-300 AirAsiaX Osaka-Kuala Lumpur melakukan touchdown, pesawat
tiba di apron LCC Terminal Lapangan Terbang Antarbangsa Kuala Lumpur = Bahasa
Melayu. Tidak tersedia garbarata / airbridge di LCC Terminal sehingga
setelah berdesak-desakkan mengambil barang di overhead bin, kami harus turun
dari pesawat menggunakan tangga dan kenyataan lain yang harus kami terima
adalah panasnya udara Kuala Lumpur, sekitar 32 derajat Celsius. Apalagi tidak
ada pepohonan di apron bandara, ya iyalah. Kami pun harus berjalan menuju
terminal bandara dari tempat parkir pesawat yang kira-kira jaraknya 100m.
setelah masuk terminal, hawanya sugerr.
Berdasarkan pengalaman kami
transit di Kuala Lumpur ketika akan menuju Jepang, kami tidak naik eskalator
menuju ruang imigrasi melainkan langsung belok kiri menuju Fly-Thru AirAsia. Di
ruang Fly-Thru AirAsia, mama saya dan tante Ayi mengurus check-in penerbangan
menuju Jakarta untuk memperoleh boarding pass. Saya sempat berceloteh ‘’heheh,
kan udah di Malaysia, jadi bisa ngomong 100% bahasa Indonesia dong.’’ Sang
petugas check-in hanya tersenyum dan sedikit cengengesan. Memang benar
karena ketika mama saya dan tante Ayi mengurus masalah check-in, mereka
menggunakan bahasa Indonesia. Check in sudah, kami menuju pemeriksaan detector
logam dan barang overhead bin diperiksa menggunakan X-Ray.
Kami pun menuju ruang
keberangkatan LCC Terminal KLIA. Di sana terdapat berbagai toko duty free yang
menjual beragam kosmetik, obat, barang-barang cenderamata,ingga makanan dan
minuman. Karena penduduk Malaysia sebagian besar sedang berpuasa, maka
kios-kios makanan dan minuman tampak lengang. Udara di dalam terminal tentunya
berbeda kontras dengan udara di tempat parkir pesawat. Saya pun meminjam
sweater mama saya karena saya kedinginan. Kemudian, tante Ayi mengajak saya dan
Rakha ke musholla untuk melaksanakan ibadah shalat Zhuhur+Ashar. Tante Ayi
memang rajin mengajak kami melaksanakan Shalat. Mama saya pun mengambilkan
sarung dan sajadah praktis yang ada di tas koper yang dibawa ke ruang tunggu.
Kami menuju mushalla yang
terletak di sebelah toko cenderamata. Kami masuk ke salah satu mushalla dan
menunggu tante Ayi yang sedang pergi ke toilet dulu. Ketika Rakha hendak
mengambil wudhu, ia terpeleset dan meringis kesakitan. Saya yang baru melepas
sepatunya segera menolongnya. Celana Rakha basah karena lantai tempat wudhu
mushalla itu licin dan terdapat genangan air. Saya pun membopongnya menuju
mushalla untuk merebahkan diri. Tak lama, tante Ayi datang dan Rakha langsung
diurus oleh tante Ayi. Saya segera mengambil air wudhu dan kembali ke ruang
shalat. Tiba-tiba, ada seorang petugas bea cukai wanita berjilbab dengan aksen
melayu memasuki mushalla. Dia menatap saya dan saya mulai ragu dengan mushalla
ini karena sepertinya diperuntukkan untuk wanita. Tante Ayi meyakinkan saya
untuk tetap shalat di mushalla ini. ‘’ Udah udah shalat aja di sini’’, kata
tante Ayi.
Saya shalat Zhuhur dan Ashar
diqashar. Seusai shalat Ashar, saya berdoa memohon agar perjalanan menuju Jakarta
dan kembali ke rumah. Kemudian saya merapikan alat shalat yang saya bawa dan
mengenakan sepatu dan kembali ke tempat kami duduk semula di deretan duty free.
Saya melihat ada WiFi Zone yang saya pikir bisa WiFi nya bisa saya gunakan
untuk membuka dan menyalakan sinyal BlackBerry tanpa membayar biaya lebih
karena berada di luar Indonesia. Saya meminta mama saya mengeluarkan BB saya di
koper bagian luar. Saya pun mencoba menyalakan WiFi. Iseng coba-coba, ternyata
bisa walaupun berkali-kali saya mencoba di tempat WiFi lainnya tidak bisa.
Nama WiFi nya adalah WiFi@KLIA.
Perlahan-lahan, BBM dan grup mulai ramai tangtingtungtengtong. Banyak
yang menanya keberadaan saya, salah satunya adalah Nafi. Kemudian saya membuka
grup Family keluarga besar bapak saya. Di sana, ua Diana mengirim kabar bahwa
bapak Aa Gym meninggal. Saya hampir saja salah paham mengira Aa Gym yang
meninggal. Saya pun bertanya kepada om Ridho yang saat itu juga sedang membuka
internet di BBnya, entah itu menggunakan sinyal provider apa menggunakan sinyal
WiFi. ‘’om lagi buka detik.com dari tadi nggak ada berita Aa Gym meninggal’’,
kata om Ridho. ‘’Ayahnya Aa Gym kali yang meninggal.’’ Oalah. Kalau saya
bilang, WiFi di LCCT KLIA sangat lemot, mungkin karena banyak penggunanya. Maklum
saja para penumpang keberangkatan yang menggunakan WiFi sangat banyak.
Ternyata, penerbangan ke
Jakarta direschedule hingga 3 jam lamanya setelah kami mendarat di Kuala
Lumpur. Harusnya kami transit di KLIA hanya selama 1 jam saja. Saya pun
puas-puasin main BB selagi ada WiFi di bandara. Pukul 4 sore, kami pindah
tempat duduk di boarding room pintu keberangkatan Indonesia AirAsia Kuala
Lumpur-Jakarta pukul 17.30 nanti. suasana terminal cukup ramai dengan dipenuhi
banyak penumpang dengan berbagai destinasi. Ada yang destinasinya ke Surabaya,
Jakarta, Denpasar, Bandung, Bangkok, dst. Kebanyakan dilayani oleh AirAsia
Group. Ada salah satu destinasi yaitu Jakarta yang dilayani oleh Mandala
Airlines yang berlogo Tiger Airways. Sejak Mandala memberhentikan
penerbangannya pada Januari 2011 karena masalah utang piutang, Mandala diambil
alih oleh maskapai Tiger Airways asal Singapura. Jadi logo Mandala sudah
menyerupai Tiger.
Pukul 17.00, kami mulai
berbaris di depan pintu keberangkatan untuk segera menuju pesawat. Setelah
menyerahkan boarding pass dan paspor, kami mulai keluar dari terminal dan
menuju pesawat. Bau bahan bakar Avtur pesawat amat menyengat karena kami juga
menggunakan tangga menuju pesawat yang artinya kami jalan kaki di depan
pesawat-pesawat yang sedang parkir. Tapi, khusus pesawat seukuran A320, ada ruang
berjalan penumpang dari dan menuju pesawat yang ditutupi oleh dinding dan atap
seng, namun tak ber-AC. Kami segera menuju pesawat Airbus A320 Indonesia AirAsia
yang akan mengantar kami menuju Jakarta. Tiba di dalam pesawat, kami segera
menempati kursi yang tertera di boarding pass.
Pukul 17.25, pesawat ditarik
mundur dari apron bandara dan melakukan taxi ( pesawat berjalan menuju
runway ) bandara Kuala Lumpur. 5 menit lamanya melakukan taxi, pesawat
kami tiba di dekat runway dan menunggu pesawat Garuda Indonesia dan Malaysia
Airlines B737-800NG yang sedang mendapat giliran take off. Setelah 2 pesawat
menggunakan runway, pesawat kami mulai memasuki runway dan mengambil
ancang-ancang take off. Pukul 17.30, lampu kabin dimatikan dan 2 mesin yang nangkring
di sayap pesawat mulai meraung mendorong pesawat kami dengan kencang.
Getaran pesawat ketika take off dan landing sangat saya sukai karena seperti
naik roller coaster di Osaka walaupun sebetulnya take off dan landing merupakan
saat-saat kritis penerbangan. Akhirnya, moncong pesawat kami terangkat dan A320
Indonesia AirAsia mulai melakukan ekspedisi menuju Jakarta..
Sekitar 15-20 menit setelah take
off, saya melirik ke jendela pesawat dan melihat matahari Kuala Lumpur yang
masih seterang pukul 16.45 di Jakarta. Tak lama, lampu sabuk pengaman dimatikan
dan pramugari mulai menjajakan makanan dan minuman selama penerbangan.
Kemudian, saya mulai bertanya kepada pramugari ‘’mbak, nanti diinformasikan
nggak waktu berbuka puasanya?’’ ‘’Iya nanti pilot akan menginfokannya.’’ Yang
ada selama perjalanan, saya melihat-lihat pemandangan matahari sunset dan
membaca majalah yang ada di depan kursi kami. Selain itu, saya juga sempat
tidur-tiduran. Kursi IAA ini cukup nyaman direbahkan ke belakang serta joknya
terbuat dari kulit dan lebih lebar ketimbang jok A330-300 AirAsiaX.
Comments
Post a Comment