Nara, City About Culture and History old Japan


                     Besoknya, tanggal 19 Juli 2012 kami bangun tidur sekitar pukul 7 waktu Jepang. Matahari sudah bersinar amat cerah karena matahari terbit musim panas sekitar pukul 5 pagi. Mama saya sudah terbangun lebih dahulu untuk menyiapkan barang-barang keperluan kami jalan-jalan. Setelah kami mandi dan sarapan pagi, kami keluar hotel pukul 8 pagi dan berjalan menuju stasiun Universal City yang hanya berjarak 50 meter dari hotel Keihan Universal Tower tempat kami menginap. Kami menunjukkan kartu JR Pass dan langsung menuju peron stasiun. Tak lama kemudian, kereta yang akan mengantarkan kami ke stasiun interchange Nishikujo datang.
                    Hari ini kami berencana untuk menuju kota wisata Nara yang terletak di timur kota Osaka untuk melihat beberapa peninggalan sejarah termasuk Nara Park dan Todaiji Temple. Kami berhenti di stasiun Nishikujo dan mulai kebingungan ketika pintu kanan dan kiri kereta terbuka. Kami memilih keluar dari pintu kiri untuk menunggu kereta yang akan mengantar kami menuju stasiun Shin-Imamiya. Rupanya, kami salah. Harusnya kami keluar dari pintu sebelah kanan. Alhasil, kami harus turun menyeberang menuju peron kereta yang menuju Shin-Imamiya. Tak lama kemudian, kereta pun datang. 5 menit kemudian, kami berhenti di stasiun Shin-Imamiya dan menunggu kereta rapid menuju Nara. Kereta rapid pun datang dan dengan sedikit penumpang menuju Nara.
                   Setelah sekitar 45 menit perjalanan kami tiba di stasiun Nara. Kami turun menuju sebuah kedai yang menjual makanan Prancis di stasiun Nara. Stasiun di Jepang ini layaknya sebuah mal yang berisi toko makanan, supermarket, dan toko baju pun ada di stasiun Nara. Ketika kami keluar dari stasiun, tidak ada yang menyambut kecuali udara yang amat terik di kota Nara. Untunglah kami mengenakan baju putih. Kemudian, kami berjalan kaki menuju kompleks Nara Park. Namun, kami menyadari bahwa amat jauh untuk menuju Nara Park. Di dekat Nara Park terdapat seorang biksu yang sedang bertapa di dekat air mancur. Saya menyempatkan untuk berfoto sejenak.
DSC_0677.JPGDSC_0673.JPG
Biksu yang sedang bertapa di sebuah air mancur. Kami memotretnya dari samping karena takut mengganggu kekhusyukan ritual sang biksu. Udara di kota Nara saat kami datang amat panas memanggang. Terlebih aspal di Jepang benar-benar aspal yang menyerap panas lebih dari aspal di Indonesia serta kurangnya pohon di beberapa titik di trotoar menuju Nara Park. Gunakan sunblock agar kulit tidak gosong ketika musim panas di Nara.
                        Setelah 30 menit berjalan di jalur yang menanjak, kami tiba di kompleks Nara Park. Awalnya, kami disambut oleh sekawanan rusa yang sengaja dibiarkan bebas berkeliaran di kawasan Nara Park. Ada seorang pedagang yang menjual makanan untuk rusa di sana. Banyak wisatawan yang membeli makanan tersebut dan memberikannya secara langsung kepada sekawanan rusa. Kami berjalan terus menuju pedalaman kompleks Nara Park dan melewati sebuah terowongan yang entah kenapa berhawa sejuk seperti AC. Kami berhenti di komplek museum Nara dan menyempatkan duduk sambil menikmati roti yang kami beli di stasiun Nara. Tiba-tiba, seekor rusa datang dan hendak menggigit makanan kami. Yang ada kami langsung pergi dan melanjutkan kembali perjalanan.
                      Kami pun tiba di kawasan Todaiji Temple. Di sana terdapat banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang melihat berbagai situs peninggalan sejarah. Kami melewati beberapa kios yang menjual makanan minuman serta cenderamata khas Todaiji Temple. Karena kelelahan, kami hanya mencapai gerbang kuil kuno Todaiji Temple yang disebut Nandaimon Gate. Ketika sedang melihat sekawanan rusa, kami lengah dan secara tiba-tiba ada seekor rusa yang mengincar peta kawasan Kansai yang kami bawa. Rusa itu berhasil merampas peta dan tidak ada yang berani merebut peta itu. Kami pun meminta tolong petugas kebersihan Nara Park untuk melepaskan peta itu dari mulut rusa. Kami takut kalau rusa itu memakan kertas, ia bisa saja mengalami gangguan tubuh karena pencernaannya tidak bisa mencerna kertas yang ia lahap.
                    Akhirnya, sebagian kertas peta berhasil dilepaskan dari cengkraman rusa dan peta itu segera dibuang oleh petugas kebersihan tadi. Kami mengucapkan terima kasih pada petugas kebersihan yang telah mengeluarkan peta itu dan kami melanjutkan eksplorasi di Nara. Di sana terdapat monumen World Heritage : Monument of Ancient Nara Todai-ji. Kami menyempatkan untuk berfoto di depan monument itu. Kemudian, kami menuju gerbang Todai-ji Temple dan menyempatkan diri duduk untuk melepas penat dengan pemandangan sepasang patung di kanan dan kiri gerbang. Kakak saya sempat mengelus rusa yang sedang duduk dekat kami dan berfoto sejenak.
                        Seusai berwisata di Todaiji Temple dan sudah merasa siap berjalan lagi, waktu menunjukkan pukul 11.30 dan kini saatnya kita kembali ke Osaka untuk membeli cabang colokan internasional di stasiun Umeda. Lantaran jarak stasiun Nara dengan Nara Park cukup jauh, kami menggunakan transportasi bus yang berada di depan Todai-ji Temple untuk menuju stasiun Nara. Ongkos bus ini memang tidak murah, sekitar ¥210 / Rp25.830 ( Rp26.000 ) untuk 3 orang dibandingkan metromini di Jakarta yang ongkosnya amat murah yaitu Rp6.000 untuk 3 orang. Perjalanan dari Nara Park menuju stasiun Nara hanya membutuhkan waktu 5 menit dibandingkan jalan kaki sekitar 20-30 menit. Kami berhenti di halte stasiun Nara dan langsung menuju stasiun Nara.
                       Sebelum masuk ke peron stasiun, kami masuk ke sebuah supermarket di stasiun Nara. Kami membeli sejumlah bento dan onigiri serta rumput laut/nori sebagai oleh-oleh untuk saudara dan teman-teman di tanah air. Namun, ada pengalaman lucu ketika saya bertanya kepada SPG di sebuah lorong. Saya mengatakan ‘’can we pay with credit card?’’ sang SPG itu kebingungan lantaran penguasaan bahasa Inggris yang tidak begitu bagus. Kemudian ia mengeluarkan sebuah barang dari sakunya yang ternyata, cutter. Ia mendengar credit card seperti cutter. Akhinya mama saya datang dan mengatakan bahwa makanan yang kita beli bisa dibayar menggunakan kartu kredit. Mama saya pun membeli 4 bento, 3 onigiri, dan 3 bungkus nori beserta 2 botol air mineral ukuran besar dengan harga sekitar ¥1.300 / Rp160.000. untuk harga makanan di Jepang sebanyak ini, ¥1.300 cukup murah dibandingkan harga di tempat lain.
                    Setelah membeli makanan di supermarket, kami menuju peron kereta dengan menenteng banyak plastik sehingga kami cukup kerepotan. Kami menaruh beberapa plastik di dalam koper yang kami bawa dan menenteng sebagian plastic yang kami bawa. Ketika tiba di peron, kami mendapati 2 buah kursi kosong. Di sana, ada seorang nenek yang sedang menunggu kereta mempersilakan saya duduk di sebelahnya. Nenek itu amat ramah terhadap kami dan walaupun tidak terlalu mahir berbahasa inggris, ia menanyakan dari mana kami. Kemudian, ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto ia dan beberapa orang di sampingnya kepada saya. Kemudian, kami menyempatkan diri berfoto dengannya sembari menunggu kereta yang tak kunjung datang.
DSC_0730.JPG
DSC_0767.JPGDSC_0772.JPG
Gerbang Todaiji Temple yang biasa disebut Nandamon Gate dipenuhi wisatawan lokal maupun mancanegara berbaur dengan liarnya rusa. Banyak wisatawan yang takut didekati oleh sekawanan rusa tersebut. Mama saya sedang memilih makanan bento yang akan dibeli di supermarket Nara Station yang menurut mama saya lebih murah ketimbang tempat lain. Kami menyempatkan berfoto dengan seorang nenek di stasiun Nara sambil menunggu kereta datang. Orang Jepang terkenal akan keramah tamahannya di dunia.
                  Sekitar pukul 12.30 kereta yang akan mengantarkan kami menuju Osaka datang. Nenek itu juga menaiki kereta yang sama. Di dalam kereta, saya dan kakak saya menyempatkan makan siang menggunakan bento yang dibeli di stasiun Nara. Kami disuguhi pemandangan sawah membentang luas dengan bukit-bukit serta rumah sempit penduduk Jepang yang tersusun rapi sepanjang perjalanan. Di sebuah stasiun, nenek itu menghampiri kami dan berpamitan karena ia akan turun duluan. Kami terkesan dengan kebaikan sang nenek. Dan itulah salah satu hal yang paling saya ingat selama berada di Jepang.
                 Setelah menghabiskan 1 jam perjalanan, kami tiba di stasiun Osaka Umeda untuk membeli colokan internasional untuk keluarga tante Ayi. Udara di Osaka panas menyengat sehingga kami lebih memilih berada di dalam stasiun Umeda. Ketika menyeberang menuju mal yang menjual colokan internasional pun kami melewati terowongan bawah tanah. Di sana, kami dilayani oleh petugas yang sigap dan lancar berbahasa Inggris. Setelah membeli colokan internasional, ibu saya menyempatkan diri melihat-lihat bulu mata buatan yang ada di supermarket yang sama tempat membeli colokan internasional.
                Sebetulnya, pukul 3.30, kami akan menuju Universal Studios Japan bersama keluarga tante Ayi yang akan datang pukul 3 di hotel kami. Lantaran masih jam 2 siang, kami menuju hotel dulu untuk beristirahat sejenak. Kaki ini pegal rasanya. Kami pun menuju hotel menggunakan kereta. Setelah 20 menit perjalanan, kami tiba di stasiun Universal City. Yang unik dari stasiun Universal City, setiap kami melewati pintu masuk stasiun, angin berhembus cukup kencang hingga mampu menerbangkan topi saya. Maklum saja karena hotel kami berada dekat laut bahkan mungkin berada di lahan reklamasi.
                Kami pun tiba di hotel pukul 2.30 dan langsung saja merebahkan diri di kasur hotel. Hmmm nikmatnya. Tak terasa sudah pukul 3. Kami pun ditelpon oleh tante Ayi melalui telepon hotel. Kami pun bersiap-siap bertemu keluarga tante Ayi dan menuju Universal Studios Japan. Namun, tante Ayi lebih memilih shalat zhuhur dijamak Ashar terlebih dahulu. Saya, aa, dan keluarga tante Ayi pun kembali ke kamar untuk menunaikkan shalat zhuhur. Seusai menunaikkan shalat zhuhur, kami berangkat menuju Universal Studios Japan yang hanya berjarak kurang lebih 300 meter dari hotel. Lantaran mama saya membelikan tiket untuk saya kategori child yang lebih murah, saya diminta berdandan seperti anak di bawah umur 12 tahun. Padahal umur saya sudah 12 tahun 6 bulan saat itu. Maklum saya kelahiran 19 Desember 1999, hehehe…

Comments

  1. Untuk menuju Nara Park dari stasiun Nara, Anda bisa menggunakan bus yang tersedia di depan stasiun, sehingga tidak usah boros tenaga jalan kaki sejauh 1 km. Terima Kasih

    ReplyDelete

Post a Comment