Perjalanan di Negeri Matahari Terbit


               Jepang. Negeri ini menyimpan banyak kisah mengenai peradaban beberapa abad yang lalu. Kini, Jepang menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi paling pesat di dunia. Jepang menduduki peringkat 3 raksasa ekonomi setelah Amerika Serikat dan Republik Rakyat China. Jepang menjadi simbol benua Asia bahwa tidak hanya negeri Barat saja yang bisa maju dan menguasai ekonomi dunia. Jepang menjadi produsen bagi produk mutakhir kelas dunia. Namun, perkembangan teknologi Jepang tetap seirama dengan adat istiadat tradisionalnya yang sudah berabad-abad melekat pada warga Jepang sehingga warga Jepang terkenal akan keramahan dan kedisiplinannya di mata dunia. 
                      Jepang merupakan negeri idaman yang paling ingin saya kunjungi karena kultur budayanya yang menarik ditelusuri dan teknologinya yang amat berkembang dari waktu ke waktu. Alhamdulillah, tahun ini, keinginan saya terkabul dan saya berhasil mengunjungi Negeri Matahari Terbit ini. 10 bulan sebelumnya, yaitu bulan September 2011, mama saya telah memberitahukan bahwa pada bulan Juli 2012 keluarga kami bersama keluarga saudara ibu saya, keluarga tante Ayi akan mengunjungi Jepang selama 1 minggu, lebih tepatnya 8 hari karena 1 hari terakhir kami masih berada di daratan Jepang untuk menunggu pesawat hingga pukul 9 pagi.
                       Kebetulan, mama saya membeli tiket penerbangan AirAsia karena sedang ada promo untuk tarif Jakarta-Kuala Lumpur-Osaka Kansai-Kuala Lumpur-Jakarta dengan harga dasar yang fantastis, yaitu Rp250.000,00 untuk periode akhir Juli 2012. Namun, AirAsia sangat cerdik dalam promo ini karena perjalanan dilakukan seusai liburan sekolah dan mendekati bulan puasa ( selama kami pergi ke Jepang, hanya 2 hari saja tidak puasa dan 6 hari lainnya berpuasa ). Karena kami khawatir promo ini mungkin tidak ada 2 kali, kami memesan tiket penerbangan tersebut.
                     Untuk harga dasar tiket memang murah yaitu Rp250.000,00 pulang pergi. Namun, kami harus menambah biaya pajak bandara dan surcharge yang totalnya Rp1.250.000,00 sehingga mama saya membayar untuk kami bertiga dengan hitungan dewasa karena anak bungsu keluarga saya yang merupakan saya sendiri sudah berusia 12 tahun 6 bulan sebesar Rp4.500.000,00 atau Rp1.500.000,00/orang pulang pergi. Pesawat yang kami naiki menuju Osaka akan transit terlebih dahulu di Kuala Lumpur International Airport LCC Terminal karena LCCT KLIA merupakan markas bagi AirAsia Group.
                     Lantaran promo ini diadakan mulai pertengahan hingga akhir Juli 2012 ketika saya sudah masuk sekolah, maka saya, aa, serta 2 saudara saya yaitu Adit dan Rakha harus izin tidak masuk sekolah karena perjalanan ini dilakukan ketika sudah masuk sekolah. Mama saya mengurus izin cuti aa yang bersekolah di SMA Al-Azhar 1 dengan mudah. Namun, masalah datang ketika mengurus izin cuti saya yang bersekolah di SMP Labschool Kebayoran. Karena MOS di sekolah saya baru dimulai tanggal 16 Juli 2012, saya hanya bisa mengikuti 2 hari MOS karena kami berangkat hari Selasa, 17 Juli 2012 dan kembali Rabu, 25 Juli 2012. Untunglah kami berangkat pukul 20.00 dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta sehingga masih bisa mengikuti MOS hari ke-2 yaitu selasa hingga selesai pukul 4 sore dan langsung berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta. total lamanya saya cuti yaitu 2 hari MOS yaitu rabu dan senin minggu depan dan 2 hari belajar yaitu selasa dan rabu. Untunglah, hari kamis dan Jumat libur karena awal puasa sehingga saya hanya izin cuti 4 hari.
                        Hari Selasa, 17 Juli 2012, saya masih menjalani hari ke dua Masa Orientasi Siswa SMP Labschool Kebayoran. Saya bangun tidur kemudian bergegas mandi dan shalat Shubuh sebelum sarapan pagi. Seusai sarapan pagi, saya menuju mobil sembari membawa tas ransel sekolah dan menenteng rantang yang berisi lauk pauk untuk makan siang nanti. Supir saya membawa beberapa koper yang berisi barang-barang dan pakaian yang diperlukan selama di Jepang menuju mobil. Pukul 5.30, saya, mama, kakak ( aa ) diantar pak Yanto menuju sekolah. Pukul 6 pagi, saya tiba di SMP Labschool Kebayoran untuk mengikuti kegiatan MOS SMP Labschool Kebayoran. Kemudian, aa diantar menuju SMA Al-Azhar 1 dan mama diantar menuju kantor.  
                      Pukul 4 sore, MOS telah selesai. Saya beranjak dari hall masjid menuju gerbang melalui lapangan SMP Labschool Kebayoran. Di tepi lapangan, saya bertemu dengan pacar kakak saya yang kini menginjak bangku kelas 9. Namanya akan saya rahasiakan. Ia menitipkan salam untuk kakak saya dan mengucapkan selamat jalan. Saya bergegas menuju gerbang dan bertemu mama Iwo dan saudara saya, Jihan. Saya meminjam telepon untuk menelpon mama saya dan menanyakan keberadaannya. Beberapa lama kemudian, mama saya datang menjemput saya diantar pak Yanto. Di dalam mobil, aa sudah berganti baju. Saya diminta makan terlebih dahulu. Setelah makan, saya berganti baju. 
                      Pukul 5.30 kami tiba di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Mama saya langsung mengambil koper dan meletakannya di trolley bandara yang tersedia di pintu keberangkatan. Kami pun segera masuk ke check in counter T3. Sebelum melakukan check-in, kami diperiksa terlebih dahulu menggunakan detektor logam dan koper kami diperiksa menggunakan X-Ray. Setelah itu, mama saya menuju check-in counter dan menaruh beberapa koper di bagasi pesawat. Sambil menunggu, saya mengamati lingkungan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Terminal 3 mengadopsi desain futuristik dan minimalis. Kebersihan Terminal 3 masih terjaga. Tidak terjadi penumpukan penumpang seperti Terminal 1 dan 2. 
P1030607.JPGP1030608.JPG
Suasana konter imigrasi keberangkatan T3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Meski konternya lebih sedikit, namun terkesan rapi dan futuristik. Boarding Lounge T3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta dibatasi oleh sekat pemisah Boarding Room penerbangan domestik dan internasional. Terdapat pohon dan atap bandara yang tinggi sehingga terasa lega. Penerangan di terminal 3 hanya menggunakan sedikit lampu dan pada siang hari, sehingga semua lampu di Boarding Room bisa dimatikan karena  ada cahaya matahari yang masuk ke terminal bandara. Terminal 3 ini berbeda kontras dengan ‘’saudaranya’’ yaitu terminal 1 dan 2 yang masih mengandalkan lampu di siang maupun malam hari.
                       Seusai melakukan check-in dan pengklaiman bagasi, kami menuju boarding lounge untuk menunggu pesawat Indonesia AirAsia yang akan menerbangkan kami menuju Kuala Lumpur. Sebelum masuk boarding lounge, kami membeli cemilan bread papa yang ada di shopping arcade Terminal 3. Saat menyantap bread papa, terjadi hal yang tidak menyenangkan. Lantaran kakak saya terus memasang raut wajah cemberut, mama saya menjadi sebal dan meminta kakak saya untuk segera pulang. Setelah berdebat 1 jam, kami mulai masuk ke boarding lounge melalui bagian imigrasi. Setelah menunggu beberapa lama di boarding lounge, saudara saya yaitu Adit, Rakha, Om Ridho, dan Tante Ayi tiba di boarding lounge. Saya diajak tante Ayi untuk menunaikkan shalat Maghrib+Isya diqashar. 
                          Pukul 19.40, kami diminta untuk menuju pesawat yang akan menerbangkan kami menuju Kuala Lumpur. Setelah pengecekan tiket terakhir oleh pihak maskapai, kami turun dan berjalan menuju pesawat Airbus A320 Indonesia AirAsia. Kami pun duduk di kursi yang tertera pada tiket pesawat. Baru saja duduk, mama menanyakan jaket saya. Masya Allah, saya lupa membawa jaket sedangkan udara di pesawat cukup dingin. Mama saya pun meminjamkan sweater kepada saya. 

                          Pukul 19.55, pesawat kami ditarik mundur. Di samping pesawat kami ada pesawat Boeing B737-900ER Lion Air yang masih terparkir di apron T3. Mesin pesawat pun dinyalakan dan pesawat kami menuju taxiway untuk menunggu giliran lepas landas. Tepat pukul 20.00, A320 Indonesia AirAsia meluncur di runway utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Raungan mesin dan dorongan ke belakang amat terasa. Tak lama, pesawat yang kami tumpangi sudah berada di langit Jakarta. Saya memandangi gemerlapnya lampu ibukota Jakarta sebelum saya melihat gemerlap Jakarta 8 hari kemudian setelah pulang dari Jepang.

Comments