Welcome to Osaka, Japan....!


            Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit, kami tiba di stasiun Nishikujo dan harus bertukar kereta menuju stasiun Universal City. JR Pass yang kami miliki hanya bisa digunakan pada jaringan kereta Shinkansen dan JR dalam kota-komuter. JR Pass tidak bisa digunakan untuk kereta subway maupun monorail. Setelah tiba di stasiun Universal City, kami menuju hotel Keihan Universal Tower. Kakak saya menunggu di starbucks coffee selagi saya dan mama check-in.
P1030729.JPG
Suhu udara di Osaka pada 18-7-2012 sangat panas. Sekitar 34-35 derajat Celsius.
             Usai check-in, kami makan siang di McDonald Universal Citywalk. Hotel yang kami tempati berada 1 komplek dengan Universal Studios Osaka. Harga 2 burger+1 bungkus French fries dan coca cola sangat fantastis yaitu ¥1.250-an. 1 Yen = Rp123 ( per tanggal 18 Juli 2012 ). Setelah makan siang, kami menuju bola dunia Universal Studios Osaka. Kami sempat berfoto-foto di sana. Ibu saya membeli karcis Twillight Universal Studios Osaka untuk besok. Harga masuk bertiga sekitar ¥12.000. Cuaca di Osaka pada hari ini sangat panas. Kami pun segera menuju stasiun Umeda dan berjalan-jalan membeli makanan untuk makan malam dan makan pagi besok. Kami membeli beberapa makanan bento dan onigiri ( semacam nasi yang dipadatkan diisi daging ayam/ikan/sapi/babi. Kami sebagai umat muslim tidak makan babi. Setelah itu, kami melihat barang-barang bermerek yang dijual di sana sambil menuju toko elektronik untuk meminta tolong memasang lensa kamera Nikon milik saudara saya.
                        Kemudian, kami menuju pasar Tenjimbashisuji, pasar rakyat Jepang sepanjang 800m. Kami menaiki kereta 1 stasiun menuju Stasiun Temma. Di gerbang stasiun, terdapat supermarket yang langsung terhubung dengan pasar Tenjimbashisuji. Mama saya membeli beberapa bulu mata buatan di sana dan juga membeli air mineral. Kami pun menjelajahi pasar yang sangat panjang seakan tiada habisnya. Ibu saya melihat-lihat souvenir khas Jepang dan membeli beberapa souvenir. Kakak saya membeli makanan khas Jepang yang disebut takoyaki di sebuah kedai. Kami menyantap cemilan itu dengan nikmat.
                      Tak terasa sudah jam 4. Kini waktunya menuju Osaka Castle Park. Kami menuju stasiun Morinomiya dan masuk ke taman kompleks Osaka Castle Park. Di sana, terdapat air mancur dan beberapa remaja Jepang sedang berolahraga. Karena udaranya panas, ada beberapa anak kecil yang menikmati air mancur. Nikmatnya, heheh. Kami menuju bagian kompleks kastel yang lebih dalam dan melihat parit mengelilingi kastel. Suasana di sekitar kompleks Osaka Castle Park tidak terlalu ramai.
dsc_0403.JPG
Pasar Tenjimbashisuji merupakan pasar sepanjang 800m yang berisi cenderamata dan jajanan khas Jepang. Banyak barang yang dijual di pasar ini menarik dipandang dan harganya cukup terjangkau. Karena pasar ini cukup panjang, banyak orang menggunakan sepeda untuk menuju berbagai tempat di pasar Tenjimbashisuji.

                        Kami tiba di taman dekat bangunan kastel Osaka. Kala itu, matahari sangatlah terik. Kami duduk sejenak di sebangku kursi yang dinaungi pohon besar untuk melepas dahaga setelah berjalan cukup lama. Bangunan kastel Osaka amat tradisional sekaligus melambangkan keperkasaan kota Osaka. Sayangnya, kami tidak bisa masuk ke bangunan kastel karena sudah tutup dan kami adalah backpacker sehingga lebih menghemat uang. Ketika saya dan kakak saya sedang berfoto di Kastel Osaka, tiba-tiba keluarga tante Ayi datang dengan wajah kecapean karena mereka turun di stasiun yang lebih jauh.
DSC_0501.JPGDSC_0474.JPGDSC_0506.JPG
Osaka Castle merupakan peninggalan Jepang masa lalu yang kini menjadi objek wisata kota Osaka dan menyimpan sejarah yang amat kompleks. Lantaran dekat dengan Bandara Itami, pesawat pun bisa dilihat dari sini. Suasana bangku di bawah pohon ketika sudah bersama keluarga tante Ayi. Panasnye maknyos wekekek….
                   Kami menikmati sore pertama di Negeri Sakura dengan ngaso di taman kastel Osaka. Waktu sudah menunjukkan pukul 5.45 namun matahari masih terang seperti jam 4.45 lantaran sedang musim panas. Kami segera pergi dari Osaka Castle Park dan sempat berfoto-foto di gerbang kastel. Kami menuju stasiun Morinomiya tempat kami turun tadi untuk menuju kawasan Namba. Lalu lintas semakin ramai namun tidak macet seperti di Jakarta. Kami menggunakan kereta JR Osaka Loop Line untuk menuju Namba. Pemberhentian menuju stasiun Namba cukup banyak sehingga tersedia waktu untuk meluruskan kaki di kereta. Kereta di Jepang memperbolehkan penumpangnya untuk makan dan minum, namun tidak boleh membuang sampah sembarangan.
                   Sebelum menuju Namba, kami harus turun di stasiun Imamiya untuk berganti kereta menuju Namba. Namun, insiden terjadi. Ketika Rakha dan Tante Ayi hendak turun, pintu kereta malah menutup. Untung karena sensor pintu kereta, pintu kereta akhirnya terbuka. Kami pun lega.. setelah menunggu kurang lebih 5 menit, kereta menuju Namba pun datang. Kami segera naik kereta dan 1,5 menit kemudian tiba di Namba. Pusat kota Osaka terbagi 2 yaitu Namba di bagian selatan dan Umeda di utara. Di sekitar Namba terdapat restoran dan toko-toko lainnya. Namun, kami menyadari bahwa pusat toko dan restoran Namba itu berada di kawasan Dotombori yang tidak dapat dijangkau kereta JR sehingga harus membayar tiket subway untuk menuju Dotombori. Akhirnya, kami hanya membeli McDonald saja. Kebetulan, ada anak-anak Jepang sedang berkumpul di sebuah tugu di stasiun Namba.
DSC_0601.JPGDSC_0603.JPG
Terlihat sekumpulan remaja Jepang sedang berkumpul di tugu stasiun JR Namba. Lingkungan stasiun Namba amat bersih dan dipenuhi toko-toko bahkan mall yang menjajakan makanan minuman dan barang-barang. Bagi  orang muslim, membeli makanan di Jepang harus berhati-hati dan wajib menanyakan isi makanan tersebut apakah babi/makanan haram lain atau bukan. Juga siapkan uang tunai karena banyak toko kelontong yang tidak bisa menggunakan kartu kredit dan banyak pedagang yang tidak bisa berbahasa Inggris.
                        Sebelum kembali ke hotel, kami membeli makanan terlebih dahulu di sebuah minimarket stasiun JR Namba. Di sana, kami membeli onigiri ( nasi gumpalan segitiga ) dan makanan bento yang berisi daging ayam maupun ikan salmon. Harga onigiri berkisar ¥100 ( Rp12.300 ) dan harga makanan bento ¥250-300 ( Rp30.750-36.900 ). Tante saya hampir memilih bento berisi daging babi. Untunglah setelah menanyakan kepada kasir, tante saya diberitahu bahwa makanan yang ia pilih berisi daging babi. Tante saya mengambil bento lain dan menanyakan kembali isinya. Isinya bukan daging babi. Akhirnya tante saya membeli bento itu dan kami segera menuju peron stasiun untuk menunggu kereta.
                     Setelah menunggu beberapa menit, kereta yang akan mengantar kami ke stasiun Imamiya datang. Di Stasiun Imamiya, kami berganti kereta menuju stasiun Nishikujo. Di stasiun Nishikujo, kami berganti kereta lagi menuju stasiun Universal City. Kami sempat menuju gerbang Universal Studios Japan dan berfoto-foto ria sambil menikmati suasana malam gerbang Universal Studios Japan. Universal Studios Japan merupakan salah satu theme park yang berada di Jepang selain Tokyo Disneyland.
                       Setelah berfoto-foto ria, kami menuju hotel Keihan tempat saya menginap. Keluarga tante Ayi kecuali Rakha menunggu di bawah. Kami bersama Rakha mengambil colokan internasional untuk memasang listrik karena tante Ayi akan memasak nasi. Rupanya, colokan itu terselip dan kakak saya diminta menuju starbucks tempat kami ngopi untuk mencarinya. Beruntunglah mama saya menemukannya dan menghampiri saya dan kakak saya yang mencari colokan itu di starbucks. Setelah itu, keluarga tante Ayi kembali ke hotel mereka dan kami mandi dan shalat serta makan malam. Hari pertama di Jepang sungguh menakjubkan!!

DSC_0653.JPG
Gerbang Universal Studios Osaka di malam hari. Universal Studios Japan termasuk tempat yang wajib dikunjungi karena wahananya yang cukup menantang adrenalin dan pastinya seru. Di dekat gerbang ini, terdapat Universal Citywalk merupakan kumpulan toko-toko cenderamata khas Universal Studios Japan dan berbagai restoran dari berbagai penjuru dunia. 

Comments