Bandara Internasional Soekarno-Hatta, From Zero to Hero

Bandara Internasional Soekarno-Hatta ( IATA : CGK, ICAO : WIII ) merupakan salah satu bandara yang melayani kota Jakarta dan sekitarnya. Bandara ini bersama dengan bandara internasional Ngurah Rai Bali merupakan pintu gerbang udara utama menuju Indonesia. Bandara ini dibuka pada tahun 1985 untuk menggantikan Bandara Kemayoran dan Halim Perdanakusuma dalam penerbangan komersil. Bandara ini menjadi hub bagi flag carrier Indonesia, Garuda Indonesia. Soekarno Hatta diambil dari nama pahlawan proklamator, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta. Konon, nama Soekarno Hatta tidak pernah diabadikan menjadi salah sagtu nama tempat di Jakarta hingga 40 tahun pasca kemerdekaan RI.

Bandara ini memiliki kapasitas yaitu 22 juta penumpang/tahun sejak tahun 2009, 18 juta penumpang/tahun sejak tahun 1992, dan 9 juta penumpang/tahun sejak 1985. Namun, sejak tahun 2003, bandara ini melebihi kapasitasnya yaitu 19 juta/tahun. Pembangunan terminal 3 dilakukan pada tahun 2006 dan dibuka tahun 2009 dengan daya tampung 4 juta penumpang/tahun. Bandara ini dirancang oleh arsitek Prancis yang merancang Bandara Internasional Paris Charles De Gaulle dan Terminal 3 Bandara Internasional Dubai. Nama sang arsitek yaitu Paul Andreu. Paul Andreu mengkombinasikan terminal bandara yang terdiri dari beberapa concourse yang dikelilingi kebun tropis. Rancangan ini berhasil diterapkan di Bandara Soetta tanpa kendala berarti. Namun, sang arsitek melakukan kesalahan ketika insiden jatuhnya atap terminal 2E Bandara CDG dan T3 Bandara Internasional Dubai saat pembangunan. 

Bandara ini memiliki 3 terminal. Terminal 1 terdiri dari 3 concourse dan T1 mampu menampung 9 juta penumpang/tahun. Terminal ini diperuntukkan untuk penerbangan domestik non GA dan Merpati. Terminal 2 terdiri dari 3 concourse dan T2 mampu menampung 9 juta penumpang/tahun. Concourse 2D dan 2E digunakan untuk penerbangan internasional sedangkan concourse 2F untuk penerbangan domestik GA dan Merpati. Dalam rangka bergabungnya Garuda Indonesia dalam aliansi SkyTeam, maka GA telah melakukan MoU dengan Angkasa Pura 2 untuk pemanfaatan penuh T2E dan T2F untuk mengakomodasi penggabungan GA dengan aliansi SkyTeam. Selain itu, pemanfaatan ini juga dilakukan untuk menghadapi ASEAN Sky Policy 2015 dan T2E juga bisa digunakan untuk terminal maskapai anggota SkyTeam yang terbang ke Indonesia. 

Terminal 3 tahap awal memiliki daya tampung 4 juta penumpang/tahun. Awalnya, terminal ini diperuntukkan bagi penerbangan domestik Mandala Airlines dan Indonesia AirAsia. Namun, Mandala Airlines berhenti beroperasi sehingga hanya menyisakan penerbangan domestik IAA saja. Atas dasar tersebut, otoritas bandara memindahkan operasi penerbangan internasional IAA ke T3 yang dinilai lebih layak dan lebih sepi ketimbang T2. Lion Air juga menggunakan T3 untuk sebagian destinasi, salah satunya Denpasar. Bandara ini terletak di ketinggian 10 mdpl dengan panjang runway 7R/25L 3.998 m dan 7L/25R 3.865 m terbuat dari beton. Soekarno-Hatta pernah didarati A380 Singapore Airlines Sydney-Singapore pada 4 Mei 2012 untuk menurunkan penumpangnya yang terkena serangan jantung saat berada di udara Bali. Namun, bandara ini belum siap menangani A380 karena gates yang tersedia tidak mampu mengakomodasi superjumbo tersebut. 

Bandara ini memiliki akses jalan tol Prof. Dr. Sedyatmo dari/dan menuju Jakarta. Sayangnya, pada tahun 2007, masyarakat yang akan menuju Bandara Soetta pernah dibuat kewalahan disebabkan jalan tol menuju bandara terendam banjir 5 tahunan dan banyak penerbangan ditunda karena banyak penumpang dan awak pesawat yang tidak mampu menerobos jalan tol yang terendam air tersebut. Kini, Jalan Tol Prof. Dr. Sedyatmo telah dibangun lajur yang lebih tinggi untuk mengantisipasi banjir dan menebalkan serta meninggikan tanggul. Pemerintah dan pihak Angkasa Pura 2 memiliki proyek pembangunan kereta bandara agar sirkulasi penumpang semakin lancar. Tapi, hingga kini bandara Soekarno Hatta hanya memiliki akses jalan tol dan jalan keluar lewat pintu M1 saja karena proyek pembangunan kereta belum berjalan. Bandara sesibuk Soetta sangat memerlukan transportasi publik seperti kereta layaknya bandara Changi dan lainnya. 

Dari Bandara Soekarno-Hatta, para penumpang bisa menggunakan kendaraan pribadi, taksi, dan bus untuk menuju Jakarta dan sekitarnya. Namun, semua transportasi tersebut membutuhkan jalan tol sebagai prasarananya. Ditinjau dari jumlah lalu lintas penumpang, Bandara Soekarno-Hatta telah menangani 52 JUTA PENUMPANG/TAHUN. Jumlah ini sangat fantastis dan menjadikan Bandara Soekarno Hatta sebagai bandara tersibuk ke 12 di dunia dan tersibuk ke 4 di Asia setelah Beijing Capital, Haneda, dan Hong Kong. Mayoritas penumpang merupakan penumpang domestik karena bisnis penerbangan Indonesia meningkat sangat pesat pascareformasi. Suasana terminal 1 bandara Soekarno-Hatta sangat padat sehingga lebih mirip terminal bus kota ketimbang bandara internasional. Tetapi, bandara Soekarno-Hatta memiliki kartu as, yaitu prestasi ketepatan waktu terbaik ke 2 di dunia pada tahun 2010 dengan persentase 89,2%. 

Kini, Angkasa Pura 2 sedang menyiapkan grand design bandara Soekarno Hatta untuk menjadi World Class Airport. Kapasitas terminal, revitalisasi sistem bandara, dan pelayanan penumpang akan ditingkatkan sehingga mampu menangani penumpang yang menggunakan bandara Soekarno-Hatta. Rencananya, terminal 1 dari 9 jt->18 jt / tahun, terminal 2 dari 9 jt-> 19 juta / tahun, terminal 3 dari 4 jt -> 25 jt / tahun dan pembangunan terminal 4 dengan kapasitas 25 juta penumpang/tahun sehingga pada tahun 2014-2016 bandara ini bisa menampung 87 juta penumpang/tahun. Namun, pembangunan terminal 4 harus menggunakan lahan penduduk dekat bandara sehingga pemerintah Tangerang menyatakan protes. Tanpa terminal 4, Bandara ini hanya bisa menampung 62 juta penumpang/tahun yang diprediksi akan terjadi pada 2015/2016. Opsi runway bandara juga dipertimbangkan dan lebih disarankan untuk mengoptimalkan penggunaan runway Soetta saat ini.

Semoga Bandara Internasional Soekarno-Hatta bisa menjadi World Class Airport dan menjadi kebanggaan Indonesia di hadapan dunia. Patut diingat bahwa turis akan menilai suatu negara berdasarkan tempat ia tiba di negeri tujuannya ( bandara ). Bandara makin bagus, turis makin banyak. Dengan begitu, pendapatan Indonesia pun bertambah.....

Comments