EVENT LOMBA ANGKLUNG
TINGKAT DKI JAKARTA
GEDUNG SAPTA PESONA /
KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
JAKARTA, 12 OKTOBER 2011
Jika dilihat dari
tanggal penyelenggaraannya, maka lomba ini diselenggarakan tepat 9 tahun
setelah peristiwa Bom Bali 1 yang mengejutkan dunia internasional, juga
Indonesia. Namun, kami tak berharap ada orang yang membawa bom ke lokasi lomba,
terlebih membawa bom TNT / Nuklir. Nauzubillah. OK dan langsung to the point.
Rabu pagi, 12 Oktober
2011, kami tidak mengikuti Ulangan Tengah Semester yang sedang berlangsung,
hanya untuk 1 hari saja. Kami diminta berkumpul di Aula Perguruan untuk
bercanda dan segala macem sambil menunggu waktu dandan. Waktu itu, gua ga tau
kenapa bikin Lubis nangis dan dia dikerubutin hampir semua cewe di tim
angklung. Lupakan saja dan tim make up siap beraksi. Kami menggunakan kostum
kuning, sama seperti yang digunakan saat lomba di Bandung beberapa waktu silam.
Setelah makan dan ngurusin kostum serta makeup, kami latihan ( lagi ). Jam 10an
kami menuju bus.
Dalam perjalanan yang
terkesan biasa-biasa aja, kami merasa bahwa tiada yang spesial. Mungkin ada
sedikit pelipur lara berupa makanan dari Sie. Konsumsi. Jam 11.30, kami tiba di
depan gedung Sapta Pesona. Kami menitipkan BB di tante Ratih, mama Archie.
Kemudian langsung bablas ke dalem gedung dan nunggu di depan pintu aula. Kami
masuk dan melakukan blocking panggung sebentar. Kemudian lomba pun dimulai dan
satu demi satu peserta mulai tampil. Kami bertemu kembali dengan Tim Angklung
SD Muhammadiyah 24 yang juga mengikuti lomba tersebut. Alhasil dada-dada-an dan
ngobrol. Wah kacau neh.
Sebentar lagi Tim
Angklung Muma akan tampil..!!!! Kami semua deg-degan bukan main. Berbaris di
belakang panggung dan menikmati jeritan anggota tim yang lagi panik. Tante Ika
dibuat kewalahan bukan main dan waktu terus berjalan. Gua sih agak tenang namun
juga ada rasa deg degannya. Yang lain ampe pelukan ampe baca doa ampe histeris.
Tapi gua rasa yang histeris berlebihan deh. Bagi yang berdoa, gua salut. Dan
adaa aja yang ngobrol untuk menghilangkan panik. Makin lama, permainan tim
angklung yang sedang tampil akan selesai. Dan tibalah saatnya...
Kami naik panggung dan
ambil posisi yang telah ditentukan. Kali ini, gua ada di baris 3 ketiga dari
kiri gua. Lagu pertama, Maju Tak Gentar dimainkan dengan baik. Mantaff.
Penonton bertepuk tangan nan meriah. Lagu kedua, Kampuang Nan Jauah di Mato
dimainkan dengan baik juga menurut kami. Akhirnya, tibalah saat untuk
menampilkan hits Tim Angklung Muma 49, yaitu Alusia. Alusia dimainkan dengan
sangat bagus bukan main dan gua sangat semangat melakukan gerakan-gerakan dalam
penampilan Alusia tersebut. Kemudian kami menari tor-tor diiringi bass,
akopanjemen, dan tim gondang. Penampilan selesai.
Kami perlahan keluar
dari panggung. Begitu baris 3 dipersilakan keluar oleh Arrin, sang dirigent,
yaudah keluar emangnya mau nyinden-_-. Kemudian kami menuju kursi untuk
menonton penampilan angklung tim lain. Penampilannya bagus-bagus. Kami merasa
lagu yang kami bawakan sudah sempurna. Bahkan seorang anak Tim Angklung SD
Muhammadiyah 24 mengatakan ''nih kalo gua jadi jurinya, gua langsung menyatakan
Tim Muma juaranya.'' Kami sudah sebegitu optimisnya. Kemudian kami keluar aula
dan Lubis nangis sambil nelepon ibunya. Kisahnya aib ga usah diceritain dan
kami menuju bus.
Di bus, kami disuguhi
makanan Hokben oleh Sie. Konsumsi. Kenyang dah tuh Alhamdulillah. Sepanjang
jalan terjadi perang foto. Masing-masing anak foto sana sini. Gua ikutan juga
sih dan berapa kali gua jadi sasarannya. Alamak... Tak lama bus yang kami
tumpangi tiba di sekolah dan seluruh tim angklung menuju aula. Gatau ngapain
dan disuruh turun lagi untuk pulang ke kediaman masing-masing. Terus terang gua
optimis banget kami bisa menang. Untuk UTS susulannya diselenggarakan hari
Sabtu saat bimbel kelas 6. Soalnya Alhamdulilah bisa gua kerjakan dengan
lancar.
Tapi, beberapa waktu
kemudian kami menerima kabar duka. Tim Angklung Muma dinyatakan KALAH. Demikian
juga dengan Tim Angklung SD Muhammadiyah 24. Betapa sedihnya. Sudah berjuang
keras tapi kalah. Tapi itulah hasil yang telah kita lakukan. Ikhlasin aja deh.
Menurut Pak Obi yang ( lagi-lagi ) menjadi juri lomba, Tim Angklung Muma kalah
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktornya tidak usah disebutkan.
Lupakan saja kesalahan
di atas dan semangat kami perlahan mengendur. Mengendur dan mengendur. Kemudian
naik dan mulai bangkit ( ya iyalah )-_-. Tanggal 29 Oktober 2011 ada
tawaran tampil ( lagi ) di Cilandak dalam rangka acara milad Muhammadiyah. Saat
itu, Dwiki ga bisa tampil alhasil bu Ambar kelabakan cari penggantinya. Untuk
info kawan Labsky 12 dan lainnya bahwa MPK 7A ini sangat serbaguna dengan
digunakan kembalinya Aufa sebagai pemain akopanjemen pengganti setelah melalui
konsolidasi dan latihan pendek. Saat membawakan lagu Alusia, Nafi yang
menggantikannya.
Memang saat itu, kami
membawakan lagu Keroncong Kemayoran dan Alusia atas permintaan orang
Muhammadiyah. Latihan lagu Keroncong Kemayoran sangat-sangat menyita waktu.
Tapi gaungan suara tepuk tangan audience di GOR tempat kami tampil mampu
membayar perjuangan tersebut. Akhirulkalam, semua capek dan gua balik ke
sekolah karena aka nada latihan drama PKn. Masya Allah itu capeknya bukan main.
Ditambah selesai latihan drama, gua harus ikut les bimbel VISI dan les bahasa
Inggris di KCC. Semua itu gua laksanakan dan jam 4 sore gua bener-bener bebas
tanpa beban sekilas.
Beberapa hari berlalu
dan bu Ambar akhirnya mengajarkan lagu Poco-Poco untuk menggantikan Alusia yang
memang sudah sering tampil dan khawatir penontonnya bosen. Dihitung-hitung dari
lagu ini ditampilkan di Bandung sampe diperkenalkannya Poco-Poco, udah 7 kali
kami menampilkannya. Awalnya sih susah. Tapi, lagunya enak juga. Lagunya
diulang-ulang. Gua keburu ketagihan sama lagu fenomenal ini. Untuk pemain tim
gondang, bu Ambar memberikan pelatihan sekilas untuk menyesuaikan irama lagu.
Bagi Naufal dan Dwiki, bu Ambar agak kerepotan ngatur mereka yang kesulitan
mengikuti irama lagu.
Terlepas dari pemain
sampingan bahwa hanya sedikit pemain angklung E yang masih berdinas. Bu Ambar
sempat menanyakan siapa saja yang memegang angklung D dan hanya gua saja yang masih
setia memegangnya. Aufa udah kesibukan sebagai tim gondang. Bu Ambar pun
mengerahkan Luki untuk membantu gua membunyikan angklung D. Luki sebelumnya
memegang angklung E dan kini tidak ada yang memegang angklung E karena Nafi
juga udah kesibukan di tim Gondang. Sebagai pengganti, bu Ambar meminta Nauf
dan Ardan untuk mengoperasikan angklung E. Sudah beberapa kali tampil gua hanya
berdinas seorang diri dan kini ada pendamping ‘‘baru’’.
Gua sedikit curcol ya
pengalaman gua mengoperasikan angklung seorang diri. Jadi, kalo megang angklung
sendiri bunyinya harus keras karena hanya gua sendiri yang megang nada
tersebut. Jika gua ga bunyi, musik hancur. Menjadi pemain tunggal butuh
ketelitian dan kecekatan. Juga saat gua membunyikan lagu Alusia, awal-awalnya
gua nggak kuat karena kepanjangan dan mulai di awal belajar lagu Alusia ini
pula angklung sampingan yang dipegang Aufa : angklung no. 20 seringkali
berbunyi bentrok dengan angklung D sehingga ia lebih memperhatikan bunyi
angklung mini tersebut.
Langsung balik ke
Poco-Poco. Pemegang angklung E kecapean karena pada partitur versi awal, mereka
berbunyi hampir sepanjang lagu. Saat itu, gua masih megang 1 angklung ; D dan
gua berniat membantu mereka. Dan begitu gua coba, tangan gua kelenger karena di
jeda bunyi angklung E, gua harus membunyikan angklung D yang bunyinya dikit di
lagu Poco-Poco. Tapi, lama-kelamaan gua makin terbiasa dengan kondisi ekstrem
tersebut. Gua menjadi pemain yang berbunyi sepanjang lagu dan gua beserta Nauf
2 minggu kemudian terbiasa melakukan hal tersebut. Ardan juga demikian walau
awalnya, gua ampe dipijet sama ibunya Bunga karena kecapean.
Gua mulai mendapat
perhatian tajam dari orang tua panitia angklung karena berbunyi sepanjang lagu
dimainkan. Ibunya Bunga mulai dikerahkan untuk menjadi ‘‘pemijat’’ gua dan Nauf
yang kecapean. Tks ibunya Bunga. Namun, saat gua, Nauf, dan Ardan sudah
terbiasa berbunyi sepanjang lagu karena awalnya lomba dilaksanakan November
2011 dan kami sudah digembleng mati-matian karena sudah sangat dekat dengan
hari H, lomba resmi DIUNDUR menjadi 14 Desember 2011. Syukurlah karena kini
kami memiliki waktu lebih untuk latihan Angklung. Beberapa pekan setelahnya,
atau sebelum Ulangan Akhir Semester, penampilan kami sudah super OK dan harus
diistirahatkan karena akan menghadapi UAS.
Saat latihan angklung setelah UAS, sempat
terjadi miskomunikasi dan masalah besar yang menimpa Puspa. Puspa dikabarkan
berucap ‘’tak pantas’’ di akun twitter yang mengarah kepada panitia angklung
dan saat latihan sebelumnya, ia pulang tanpa izin karena ada les. Hal ini
membuat kami merasa ada yang aneh dalam diri Puspa. Bu Ambar, yang juga atas
permintaan Puspa mengeluarkannya dari anggota Tim Angklung Muma 49 sehingga
kini hanya tersisa 46 anak saja. Namun, jumlah tersebut masih cukup. Angklung
yang dipegang Puspa diserahkan kepada anggota lain. Masalah ini selesai dan
akhirnya, kami meneruskan latihan yang sudah lumayan bagus.
Sehari sebelum lomba, tepatnya
3 ½ jam setelah UAS Olahraga, kami memulai latihan angklung terakhir sebelum
lomba. Sebetulnya kami diberi pilihan : Mau pulang / tetap di sekolah dan
karena gua rasa ga terlalu lama, maka gua putuskan untuk tetap berada di
sekolah. Kemudian mulailah berlatih dan capeknya luar biasa. Kali ini, formasi
barisan yaitu 4 baris dan gua berada di baris 4. Bolak balik mondar mandir
tampil baris ya Allah…. Latihan terakhir sih hasilnya ga bagus-bagus amat tapi
udah much better dari beberapa waktu silam. Ok gua kelelahan manakala
pulang latihan angklung seluruh murid #49 akan menuju kolam renang PI untuk
ambil nilai UAS renang. Gua sih renangnya biasa aja. Hehe dan abis itu pulang.
Comments
Post a Comment