Kilas Balik : Kisah Tim Angklung Muma #49 Part 3


EVENT LOMBA ANGKLUNG TINGKAT DKI JAKARTA
GEDUNG SAPTA PESONA / KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 
JAKARTA, 12 OKTOBER 2011

Jika dilihat dari tanggal penyelenggaraannya, maka lomba ini diselenggarakan tepat 9 tahun setelah peristiwa Bom Bali 1 yang mengejutkan dunia internasional, juga Indonesia. Namun, kami tak berharap ada orang yang membawa bom ke lokasi lomba, terlebih membawa bom TNT / Nuklir. Nauzubillah. OK dan langsung to the point.

Rabu pagi, 12 Oktober 2011, kami tidak mengikuti Ulangan Tengah Semester yang sedang berlangsung, hanya untuk 1 hari saja. Kami diminta berkumpul di Aula Perguruan untuk bercanda dan segala macem sambil menunggu waktu dandan. Waktu itu, gua ga tau kenapa bikin Lubis nangis dan dia dikerubutin hampir semua cewe di tim angklung. Lupakan saja dan tim make up siap beraksi. Kami menggunakan kostum kuning, sama seperti yang digunakan saat lomba di Bandung beberapa waktu silam. Setelah makan dan ngurusin kostum serta makeup, kami latihan ( lagi ). Jam 10an kami menuju bus.

Dalam perjalanan yang terkesan biasa-biasa aja, kami merasa bahwa tiada yang spesial. Mungkin ada sedikit pelipur lara berupa makanan dari Sie. Konsumsi. Jam 11.30, kami tiba di depan gedung Sapta Pesona. Kami menitipkan BB di tante Ratih, mama Archie. Kemudian langsung bablas ke dalem gedung dan nunggu di depan pintu aula. Kami masuk dan melakukan blocking panggung sebentar. Kemudian lomba pun dimulai dan satu demi satu peserta mulai tampil. Kami bertemu kembali dengan Tim Angklung SD Muhammadiyah 24 yang juga mengikuti lomba tersebut. Alhasil dada-dada-an dan ngobrol. Wah kacau neh.

Sebentar lagi Tim Angklung Muma akan tampil..!!!! Kami semua deg-degan bukan main. Berbaris di belakang panggung dan menikmati jeritan anggota tim yang lagi panik. Tante Ika dibuat kewalahan bukan main dan waktu terus berjalan. Gua sih agak tenang namun juga ada rasa deg degannya. Yang lain ampe pelukan ampe baca doa ampe histeris. Tapi gua rasa yang histeris berlebihan deh. Bagi yang berdoa, gua salut. Dan adaa aja yang ngobrol untuk menghilangkan panik. Makin lama, permainan tim angklung yang sedang tampil akan selesai. Dan tibalah saatnya...

Kami naik panggung dan ambil posisi yang telah ditentukan. Kali ini, gua ada di baris 3 ketiga dari kiri gua. Lagu pertama, Maju Tak Gentar dimainkan dengan baik. Mantaff. Penonton bertepuk tangan nan meriah. Lagu kedua, Kampuang Nan Jauah di Mato dimainkan dengan baik juga menurut kami. Akhirnya, tibalah saat untuk menampilkan hits Tim Angklung Muma 49, yaitu Alusia. Alusia dimainkan dengan sangat bagus bukan main dan gua sangat semangat melakukan gerakan-gerakan dalam penampilan Alusia tersebut. Kemudian kami menari tor-tor diiringi bass, akopanjemen, dan tim gondang. Penampilan selesai.

Kami perlahan keluar dari panggung. Begitu baris 3 dipersilakan keluar oleh Arrin, sang dirigent, yaudah keluar emangnya mau nyinden-_-. Kemudian kami menuju kursi untuk menonton penampilan angklung tim lain. Penampilannya bagus-bagus. Kami merasa lagu yang kami bawakan sudah sempurna. Bahkan seorang anak Tim Angklung SD Muhammadiyah 24 mengatakan ''nih kalo gua jadi jurinya, gua langsung menyatakan Tim Muma juaranya.'' Kami sudah sebegitu optimisnya. Kemudian kami keluar aula dan Lubis nangis sambil nelepon ibunya. Kisahnya aib ga usah diceritain dan kami menuju bus. 

Di bus, kami disuguhi makanan Hokben oleh Sie. Konsumsi. Kenyang dah tuh Alhamdulillah. Sepanjang jalan terjadi perang foto. Masing-masing anak foto sana sini. Gua ikutan juga sih dan berapa kali gua jadi sasarannya. Alamak... Tak lama bus yang kami tumpangi tiba di sekolah dan seluruh tim angklung menuju aula. Gatau ngapain dan disuruh turun lagi untuk pulang ke kediaman masing-masing. Terus terang gua optimis banget kami bisa menang. Untuk UTS susulannya diselenggarakan hari Sabtu saat bimbel kelas 6. Soalnya Alhamdulilah bisa gua kerjakan dengan lancar.

Tapi, beberapa waktu kemudian kami menerima kabar duka. Tim Angklung Muma dinyatakan KALAH. Demikian juga dengan Tim Angklung SD Muhammadiyah 24. Betapa sedihnya. Sudah berjuang keras tapi kalah. Tapi itulah hasil yang telah kita lakukan. Ikhlasin aja deh. Menurut Pak Obi yang ( lagi-lagi ) menjadi juri lomba, Tim Angklung Muma kalah disebabkan oleh beberapa faktor. Faktornya tidak usah disebutkan. 

Lupakan saja kesalahan di atas dan semangat kami perlahan mengendur. Mengendur dan mengendur. Kemudian naik dan mulai bangkit ( ya iyalah )-_-. Tanggal 29 Oktober 2011 ada tawaran tampil ( lagi ) di Cilandak dalam rangka acara milad Muhammadiyah. Saat itu, Dwiki ga bisa tampil alhasil bu Ambar kelabakan cari penggantinya. Untuk info kawan Labsky 12 dan lainnya bahwa MPK 7A ini sangat serbaguna dengan digunakan kembalinya Aufa sebagai pemain akopanjemen pengganti setelah melalui konsolidasi dan latihan pendek. Saat membawakan lagu Alusia, Nafi yang menggantikannya.

Memang saat itu, kami membawakan lagu Keroncong Kemayoran dan Alusia atas permintaan orang Muhammadiyah. Latihan lagu Keroncong Kemayoran sangat-sangat menyita waktu. Tapi gaungan suara tepuk tangan audience di GOR tempat kami tampil mampu membayar perjuangan tersebut. Akhirulkalam, semua capek dan gua balik ke sekolah karena aka nada latihan drama PKn. Masya Allah itu capeknya bukan main. Ditambah selesai latihan drama, gua harus ikut les bimbel VISI dan les bahasa Inggris di KCC. Semua itu gua laksanakan dan jam 4 sore gua bener-bener bebas tanpa beban sekilas.

Beberapa hari berlalu dan bu Ambar akhirnya mengajarkan lagu Poco-Poco untuk menggantikan Alusia yang memang sudah sering tampil dan khawatir penontonnya bosen. Dihitung-hitung dari lagu ini ditampilkan di Bandung sampe diperkenalkannya Poco-Poco, udah 7 kali kami menampilkannya. Awalnya sih susah. Tapi, lagunya enak juga. Lagunya diulang-ulang. Gua keburu ketagihan sama lagu fenomenal ini. Untuk pemain tim gondang, bu Ambar memberikan pelatihan sekilas untuk menyesuaikan irama lagu. Bagi Naufal dan Dwiki, bu Ambar agak kerepotan ngatur mereka yang kesulitan mengikuti irama lagu.

Terlepas dari pemain sampingan bahwa hanya sedikit pemain angklung E yang masih berdinas. Bu Ambar sempat menanyakan siapa saja yang memegang angklung D dan hanya gua saja yang masih setia memegangnya. Aufa udah kesibukan sebagai tim gondang. Bu Ambar pun mengerahkan Luki untuk membantu gua membunyikan angklung D. Luki sebelumnya memegang angklung E dan kini tidak ada yang memegang angklung E karena Nafi juga udah kesibukan di tim Gondang. Sebagai pengganti, bu Ambar meminta Nauf dan Ardan untuk mengoperasikan angklung E. Sudah beberapa kali tampil gua hanya berdinas seorang diri dan kini ada pendamping ‘‘baru’’.

Gua sedikit curcol ya pengalaman gua mengoperasikan angklung seorang diri. Jadi, kalo megang angklung sendiri bunyinya harus keras karena hanya gua sendiri yang megang nada tersebut. Jika gua ga bunyi, musik hancur. Menjadi pemain tunggal butuh ketelitian dan kecekatan. Juga saat gua membunyikan lagu Alusia, awal-awalnya gua nggak kuat karena kepanjangan dan mulai di awal belajar lagu Alusia ini pula angklung sampingan yang dipegang Aufa : angklung no. 20 seringkali berbunyi bentrok dengan angklung D sehingga ia lebih memperhatikan bunyi angklung mini tersebut.

Langsung balik ke Poco-Poco. Pemegang angklung E kecapean karena pada partitur versi awal, mereka berbunyi hampir sepanjang lagu. Saat itu, gua masih megang 1 angklung ; D dan gua berniat membantu mereka. Dan begitu gua coba, tangan gua kelenger karena di jeda bunyi angklung E, gua harus membunyikan angklung D yang bunyinya dikit di lagu Poco-Poco. Tapi, lama-kelamaan gua makin terbiasa dengan kondisi ekstrem tersebut. Gua menjadi pemain yang berbunyi sepanjang lagu dan gua beserta Nauf 2 minggu kemudian terbiasa melakukan hal tersebut. Ardan juga demikian walau awalnya, gua ampe dipijet sama ibunya Bunga karena kecapean.

Gua mulai mendapat perhatian tajam dari orang tua panitia angklung karena berbunyi sepanjang lagu dimainkan. Ibunya Bunga mulai dikerahkan untuk menjadi ‘‘pemijat’’ gua dan Nauf yang kecapean. Tks ibunya Bunga. Namun, saat gua, Nauf, dan Ardan sudah terbiasa berbunyi sepanjang lagu karena awalnya lomba dilaksanakan November 2011 dan kami sudah digembleng mati-matian karena sudah sangat dekat dengan hari H, lomba resmi DIUNDUR menjadi 14 Desember 2011. Syukurlah karena kini kami memiliki waktu lebih untuk latihan Angklung. Beberapa pekan setelahnya, atau sebelum Ulangan Akhir Semester, penampilan kami sudah super OK dan harus diistirahatkan karena akan menghadapi UAS.

 Saat latihan angklung setelah UAS, sempat terjadi miskomunikasi dan masalah besar yang menimpa Puspa. Puspa dikabarkan berucap ‘’tak pantas’’ di akun twitter yang mengarah kepada panitia angklung dan saat latihan sebelumnya, ia pulang tanpa izin karena ada les. Hal ini membuat kami merasa ada yang aneh dalam diri Puspa. Bu Ambar, yang juga atas permintaan Puspa mengeluarkannya dari anggota Tim Angklung Muma 49 sehingga kini hanya tersisa 46 anak saja. Namun, jumlah tersebut masih cukup. Angklung yang dipegang Puspa diserahkan kepada anggota lain. Masalah ini selesai dan akhirnya, kami meneruskan latihan yang sudah lumayan bagus.

Sehari sebelum lomba, tepatnya 3 ½ jam setelah UAS Olahraga, kami memulai latihan angklung terakhir sebelum lomba. Sebetulnya kami diberi pilihan : Mau pulang / tetap di sekolah dan karena gua rasa ga terlalu lama, maka gua putuskan untuk tetap berada di sekolah. Kemudian mulailah berlatih dan capeknya luar biasa. Kali ini, formasi barisan yaitu 4 baris dan gua berada di baris 4. Bolak balik mondar mandir tampil baris ya Allah…. Latihan terakhir sih hasilnya ga bagus-bagus amat tapi udah much better dari beberapa waktu silam. Ok gua kelelahan manakala pulang latihan angklung seluruh murid #49 akan menuju kolam renang PI untuk ambil nilai UAS renang. Gua sih renangnya biasa aja. Hehe dan abis itu pulang.

Comments